PERILAKU KESEHATAN
Derajat
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor – faktor
tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan , baik kesehatan individu
maupun
kelompok
sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat penting di dalam upaya merubah
perilaku adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan atau yang biasa
dikenal dengan penyuluhan. Sejauh mana kegiatan tersebut bisa merubah perilaku
masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang ikut berperan
dan saling berkaitan dalam proses perubahan perilaku itu sendiri.
Konsep Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan
atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilakumanuasia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu
perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti
berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia.
Skinner ( 1933 ) mengemukakan bahwa perilaku merupakan
hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Ia membedakan adanya dua stimulus :
1.
Respondent
response atau reflektife response ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu.
Perangsang semacam ini disebut elicting
stimuli karena menimbulkan respon yang relatif
tetap misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat
menyebabkan mata tertutup , menangis karena sedih, muka merah karena marah dan
lain sebagainya.
2.
Operant
response atau instrumental response ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
tertentu . Perangsang semacam ini disebut reinforcing
stimuli atau reinforcer
karena perangsang tersebut memperkuat
respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini
mengikuti ataumemperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila
seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia
memperoleh hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi
melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respon yang diberikannya akan
lebih intensif dan kuat.
Di
dalam kehidupan sehari – hari respon yang pertama sangat terbatas keberadaanya
hal ini disebabkan hubungan yang pasti antara stimulus dan respon sehingga
kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil, bahkan hampir tidak mungkin. Sebaliknya
respon yang kedua merupakan bagian besar daripada perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya sangat besar.
Bentuk Perilaku
Secara
operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme terhadap
rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu :
1.
Bentuk
pasif atau covert behaviour adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung bisa dilihat orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan, sikap atau pengetahuan. Misalnya seorang ibu yang tahu bahwa membawa
anak untuk diimunisasi dapat mencegah penyakit tertentu akan tetapi dia tidak
membawa anaknya ke puskesmas atau posyandu.
2.
Bentuk
aktif atau overt behaviour , apabila perilaku ini jelas bisa dilihat. Misalnya pada
contoh di atas si ibu membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk
diimunisasi.
Perilaku Kesehatan
Perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
1.
Perilaku seseorang terhadap sakit
dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini
dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
Perilaku sehubungan dengan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.
Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk
mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya
usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau
pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama
masa pemulihan.
2.
Perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3.
Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya.,
pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
3.
Perilaku terhadap lingkungan sehat
adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan.itu sendiri.
Faktor Penentu ( Determinan ) Perilaku
Perilaku
kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.
Menurut Lawrence Green ( 1980 ) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku
itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
• Faktor pembawa ( predisposing
factor ) didalamnya termasuk pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain sebagainya
• Faktor pendukung ( enabling
factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik,
sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
• Faktor pendorong ( reinforcing
factor ) yang terwujut di dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya
bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari
faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas
kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya ,
dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi ( predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari
rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya
tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing
factor )
Model
di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum
tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor ekstern ( dari luar
individu ) yang saling memperkuat . Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah
perilaku kita harus memperhatikan faktor – faktor tersebut di atas.
Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal
yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan
perilaku
merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai
penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya
sekedar covert behaviour tapi juga overt
behaviour. Di dalam program – program kesehatan,
agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan
usaha – usaha yang konkrit dan positip.
Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa
dikelompokkan
menjadi tiga bagian
1.
Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam
hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang –
undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang
cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan
berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat
untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa
tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2.Pemberian
informasi
Adanya
informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya
diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya
akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
3.
Diskusi partisipatif
Cara
ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini
berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi
pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam
sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang dilakukan
harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi
sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.
Daftar Pustaka
1.
Anonim , Paradigma Sehat menuju Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI,
1999
2.
Anonim, Pengelolaan Yang Berkesinambungan Dalam Program Penyediaan Air Bersih
Dan Sanitasi, IRC/Unicef/ Yayasan Dian Desa.
3.
Boot,Marieke T, Aduk Saja Dengan Lembut , IRC, Delft, Netherlands, 1991
4.
Curtis, Valerie & Bernadette Kanki, Bersih, Sehat Dan Sejahtera : Bagaimana
Menyusun Program Promosi Higiene, Unicef/WHO/Yayasan Dian Desa
5. Notoatmodjo,
Soekidjo, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta, 1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar