Senin, 14 Mei 2012

DESA SIAGA (Pengertian, Tujuan, Sasaran, Kriteria & Langkah Pengembangan)





Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri menuju desa sehat.

Pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, serta mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan mewujudkan desa siaga akan dapat segera di wujudkan desa sehat.

Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengenbangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (menfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang di hadapinya. Untuk menuju desa siaga perlu di kaji upaya-upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang sudah ada seperti posyandu, polindes, pos obat desa, dana sehat, siap antar jaga kesehatan ibu dan anak (Siaga KIA) dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal sebagai pengembangan menuju desa siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi desa siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai UKBM. Pengembangan desa siaga juga merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu di hidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan.

Desa siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep siap antar jaga (SIAGA), desa siap antar jaga dapat dilengkapi komponen-komponen untuk menjadi desa siaga, yaitu dengan dikembangkannya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM, di kembangkannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dikalangan masyarakat, diciptakannya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, dikembangkannya surveilans penyakit, serta diciptakannya system pembiayaan kesehatan yang berbasis masyarakat.



Tujuan umum 
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khusus
  1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
  2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya).
  3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
  4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
  5. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.
  6. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
  7. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.


Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Semua individu dan keluarga di desa, yang di harapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
  2. Pihak-pihak yang yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.
  3. Pihak-pihak yang di harapkan memberikan dukungan kebijakan , peraturan perundangan, dana, tenaga,sarana , dan lain-lain. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.


Sesuai dengan pengertian desa siaga, maka kriteria lengkap desa siaga terdiri dari 8 Indikator, yang antara lain :
  1. Adanya Forum Masyarakat Desa.
  2. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke puskesmas / pustu, dapat dikembangkannya Pos Kesehatan Desa (POSKESDES).
  3. Adanya UKBM yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (posyandu, warung obat desa, Ambulan Desa, Tabulin/Dasolin/Arlin, dan lain-lain).
  4. Memiliki system pengamatan penyakit dan factor-faktor risiko yang berbasis masyarakat (Surveilans Epidemiologi).
  5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
  6. Adanya Upaya dan terwujudnya lingkungan yang sehat.
  7. Adanya Upaya dan terwujudnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
  8. Adanya Upaya dan terwujudnya Keluarga sadar gizi (Kadarzi).


Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap : 
  1. mengidentifikasi masalah, penyebabnya, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah, 
  2. mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah, 
  3. menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan melaksanakannya, serta 
  4. memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan. Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dari langkah ini para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.



Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.

Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.



Survei mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut.



Tujuan penyelenggaraan musyawarah atau lokakarya desa ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan hasil SMD dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang bersedia mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan upaya advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendapatan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan Desa Siaga. Dalam hal ini, seyogianya masyarakat difasilitasi untuk sampai kepada kesimpulan tentang pentingnya hal-hal yang disebutkan sebagai kriteria Desa Siaga.



Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
  1. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah & mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
  2. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga, Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi /pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu antara lain pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan palayanan kesehatan dasar seperti Poskesdes (jika diperlukan), pengelolaan UKBM, serta hal-hal lain seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawat-daruratan sehari-hari, kesiapsiagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), diversifikasikan pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-lain.
  3. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dasar Dan UKBM, Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes (jika diperlukan) bisa dikembangkan dari UKBM yang sudah ada, khususnya Polindes. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja pembangunan Poskesdes. Dengan demikian sudah diketahui bagaimana pelayanan kesehatan dasar tersebut akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat, mengembangkan bangunan Polindes yang ada, atau memodifikasi bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes Sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif.

Dengan telah adanya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM serta terlatihnya kader dan terbentuknya Forum Desa Siaga, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga Aktif. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga secara rutin sesuai dengan kriteria Desa Siaga, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju Kadarzi dan PHBS, serta penyehatan lingkungan. 

Pelayanan kesehatan dasar melalui Poskesdes (bila ada), dan Pelayanan UKBM seperti Posyandu dan Lain-lain digiatkan dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.Kegiatan-kegiatan di Desa Siaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang dibantu tenaga kesehatan profesional (bidan, perawat, tenaga gizi, dan sanitarian). Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.



Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri atau Forum Komunikasi Desa Sehat dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran desa.

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial-psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.



Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

  • Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah musyawah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat (FMD) untuk membahas masalah-masalah (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB, Kegawatdaruratan & Bencana) yang ada di desa serta merencanakan penanggulanggannya.
  • Topik yang dibahas fokus kepada hasil SMD yang telah diperoleh.

  • Agar masyarakat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi dan dirasakan diwilayahnya
  • Agar masyarakat sepakat untuk bersama-sama menanggulanginya
  • Tersusunnya rencana kerja untuk Penanggulangan yang disepakati bersama

  • Para kader pelaksana SMD
  • Kepala Desa & perangkat Desa
  • Tokoh Masyarakat setempat (formal & non-Formal)
  • PKK
  • LPM / KPM
  • Karang Taruna, Saka bakti Husadha
  • PMR
  • Beberapa KK yg di SMD
  • Pimpinan Puskesmas & staf
  • Sektor Kecamatan(Sosial, BKKBN, KUA, dll)
  • Ketua Organisasi Masyarakat (NU, Muhammadiyah, Perempuan, Pemuda, Partai)

4. Tempat MMD :  Balai Desa

  • Susunan tempat duduk sebaiknya berbentuk lingkaran (round table), tidak ada peserta membelakangi peserta yang lainnya, komposisi jangan seperti diruangan kelas
  • Pimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta, tidak memisah atau duduk dikursi istemewa
  • Duduk tidak harus selalu dikursi, boleh juga dilantai diatas tikar/permadani/matras

  • Ciptakan suasana kekeluargaan yang akrab
  • Jangan cipatakan suasana formal dengan meja yang ditata seperti dimeja persidangan.

  • Mulailah tepat waktu, sesuai dengan rencana & jadwal , jangan sampai peserta menunggu
  • Yang mengundang hadir terlebih dahulu, jangan terlambat!

  • Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari arah yang ditetapkan.
  • Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dalam pembicaraan.
  • Mengatur lalu-lintas pembicaraan diantara sesama peserta
  • Ketua harus selalu berusaha memotivasi setiap peserta
  • Ketua jangan terlalu banyak berbicara, ketua sebaiknya lebih banyak memandu,
  • Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal-hal yang menjengkelkan,
  • Ketua harus jeli, cerdik dan segera bisa menangkap apa yang dimaksud oleh peserta,
  • Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak untuk disetujui, 
  • Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah, bukan paksaan,
  • Ketua harus selalu memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta, apakah mereka kelihatan bosan/jengkel mendengarkan , bila perlu diselingi dengan gurauan untuk mencairkan (Ice Breaker)
  • Bila ada hal-hal tekhnis yang kurang jelas, terutama tentang masalah/info yang berkaitan dengan kesehatan, dapat meminta kejelasan / penjelasan dari dokter Puskesmas / stafnya


a. Persiapan :
  • Kader menyiapkan hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik
  • Kader membantu Kepala Desa menyimpulkan acara, tata ruangan & perlengkapan,
  • Kader memotivasi/mengajak para TOMA, TOGA, pimpinan Ormas yang ada didesa itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan masalah bersama-sama
  • Mengajak kader-kader di desa tersebut yang lainnya untuk ikut hadir,

b. Proses :
  • Pembukaan dengan menguraikan maksud & tujuan MMD
  • Dipimpin oleh Kades
  • Pengenalan masalah kesehatan dipimpin bidan
  • Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
  • Perumusan & penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah & hasil SMD
  • Rekomendasi teknis dari bidan
  • Penyusunan rencana pelaksana kegiatan dipimpin Kades
  • Penutup

c. Tindak lanjut :
  • Kader membantu kades menyebarkan hasil Musyawarah tentang Rencana Kerja Penanggulangan masalah dan membantu menindak-lanjuti untuk kegiatan-kegiatan.
  • Selanjutnya, mencari calon kader baru, pelatihan kader & pelaksanaan kegiatan


Tindak lanjut Rencana Kerja hasil MMD
  1. Latihan Kader
  2. Melaksanakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
  3. Memantau/memonitor hasil kegiatan
  4. Memotivasi warga agar kegiatan dibidang kes dapat dikembangkan baik lokasinya maupun jenis kegiatannya


Matrik Rencana Kegiatan

    METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN


    PENDAHULUAN


    Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu selalu disosialisasikan
    secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi
    dalam kurun waktu yang relative lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi
    atau penyuluhan kesehatan masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai
    tujuannya, yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitian-penelitian yang
    ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan,
    namun perilaku kesehatan masyarakat masih rendah. 

    Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian secara 
    seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan dalam promosi kesehatan.
    Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi atau
    bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan
    diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan PHBS lebih mudah terwujud.  

    Panduan ini merupakan sebuah buku pegangan bagi fasilitator kesehatan atau petugas promosi
    kesehatan lainya yang mempunyai peran memberikan informasi dan pelajaran ketrampilan bagi
    masyarakat sasaran dalam hal perikau hidup bersih dan sehat. Buku ini berisi tentang metode,
    media promosi kesehatan, serta bagaimana cara membuat media grafis  promosi kesehatan,
    sehingga mereka mampu membuat media sesuai dengan kearifan local. 


    II.  PROMOSI KESEHATAN


    2.1. Pengertian
    Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko
    tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing tidak beresiko rendah.
    Program Promosi Kesehatan tidak di rancang ”di belakang meja”. Supaya efektif, program harus
    dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat.

    Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya,
    yaitu : (i) Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya
    menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat; (ii) Pengertian yaitu bila
    perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal, (iii)
    Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat
    menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan (iv) Kesanggupan untuk
    mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan
    teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki. 

    Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya adalah (i) bersama
    dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat
    untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan, (ii) bersama dengan
    masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya
    jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta (iii)
    bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau
    dampaknya secara terus-menerus. 




    3

    2.2. Penyerapan materi dalam promosi kesehatan

    Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda pengaruhnya terhadap
    hasil belajar seseorang, sebagai mana gambaran berikut :





    Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih
    dari satu indera



    Apa yang bisa kita ingat :

    10% dari yang kita baca

    20% dari yang kita dengar

    30% dari yang kita lihat

    50% dari yang kita lihat dan
    dengar

    80% dari yang kita ucapkan

    90% dari yang kita ucapkan dan
    lakukan













    4


    III. METODE PROMOSI KESEHATAN


    3. 1. Jenis Metode Promosi Kesehatan
    Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang
    dicapai dan Indera penerima  dari sasaran promosi.

    3.1.1.  Berdasarkan Teknik Komunikasi

    a.  Metode penyuluhan langsung. 
    Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
    sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),
    pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll. 
    b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan
    secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
    perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui
    pertunjukan film, dsb

    3.1.2.  Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

    a.  Pendekatan PERORANGAN
    Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
    dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan
    telepon, dan lain-lain
    b.  Pendekatan KELOMPOK
    Dalam pendekatan ini petugas promosi  berhubungan dengan sekolompok sasaran.
    Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :
    Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
    c.  Pendekatan MASAL
    Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada
    sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini
    adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media
    cetak lainnya, Pemutaran film, dll

    3.1.3.  Berdasarkan Indera Penerima

    a.  Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui
    indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,
    Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
    b.  Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
    pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
    c.  Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
    dicium, diraba dan dicoba)

    3.2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode 

    3.2.1.  Kunjungan Rumah
    Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat
    sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya
    kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb. 

    Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
    -. Ada maksud dan tujuan tertentu

    5

    - Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
    - Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
    - Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
    - Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya
    tidak mungkin

    Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
    -  Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
    -  Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong
    pembicaraannya
    -  Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
    -  Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
    -  Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasana
    menyenangkan
    -  Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
    -  Jangan memperpanjang mempersilat lidah
    -  Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
    -  Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
    -  Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
    -  Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
    -  Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini
    akan menjalin persahabatan

    Kelebihan metode ini adalah :
    -  Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
    -  Membina persahabatan
    -  Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
    -  Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
    -  Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang
    -  Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
    -  Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi

    Keterbatasannya adalah :
    -  Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
    -  Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas
    sekali
    -  Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan
    prasangka pada keluarga lainnya

    3.2.2.  Pertemuan Umum
    Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana di
    sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh
    masyarakat sasaran.

    Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :
    -  Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
    -  Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementara
    -  Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
    -
      Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.




    6

    Hal-hal perlu diperhatikan :
    -  Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan
    udara yang segar
    -  Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
    -  Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
    -  Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
    -  Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan untuk
    berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat
    -  Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
    -  Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
    -  Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
    -  Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
    -  Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
    -  Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan

    Kelebihan metode ini adalah :
    -  Banyak orang yang dicapai
    -  Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
    -  Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
    -  Segala macam topik/judul dapat diajukan
    -  Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya

    Kekurangan / keterbatasannya :
    -  Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
    -  Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
    -  Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran
    -  Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah
    kehadiran


    3.2.3  Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )
    Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya
    yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
    Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail
    serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan
    pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :
    -  Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
    -  Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
    -  Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
    menghindari dominasi beberapa orang saja
    -  Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang
    diajukan
    -  Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan
    yang tepat. 

    3.2.4.
    Demonstrasi cara atau percontohan
    Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana
    melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana
    cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan
    atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan
    orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah

    7

    berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu
    ketrampilan yang baru.
    Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan, seperti :
    -  Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang
    diperlukan
    -  Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut
    dalam diskusi
    -  Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta
    untuk bertanya-tanya
    -  Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang baru
    -  Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu

    Anjuran :
    -  Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
    -  Demonstrasi dilakukan tepat masanya
    -  Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan
    peserta
    -  Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
    -  Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
    -  Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat

    Kelebihan  / keuntungan metode ini :
    -  Cara mengajar ketramilan yang efekif
    -  Merangsasang kegiatan
    -  Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

    Kekurangan / keterbatasannya :
    -  Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
    -  Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk


    IV.  MEDIA PROMOSI KESEHATAN


    4.1. Pengertian
    Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi
    kesehatan yang dapat dilihat,  didengar, diraba, dirasa atau  dicium, untuk memperlancar
    komunikasi dan penyebar-luasan informasi 

    4.2. Kegunaan
    Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
    photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun
    tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :   Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran   Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran

    Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :   Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah
    disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang
    bentuk plengsengan dapat dihindari.

    8

      Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.    Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.   Dapat menarik serta memusatkan perhatian.    Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

    4.3. Jenis / Macam Media  
    Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

    4.3.1.  Benda asli, yaitu  benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
    Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
    bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah
    dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. 
    Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :   Benda sesungguhnya, misalnya  tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb   Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol
    pengawet, dll   Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

    4.3.2.  Benda tiruan, yang ukurannya lain  dari benda sesungguhnya.
    Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal
    ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli  yang
    terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
    seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain. 

    4.3.3.  Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.

    Poster 
    Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata.
    Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca
    pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang
    mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
    pengumuman, dan lain-lain.  Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun,
    gambar atau photo.

    Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat.
    Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
    satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama
    dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. 

    Leaflet
    Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat,
    padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan
    secara berlipat. 
    Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
    deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
    penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-
    pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan
    lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy. 




    9

    4.3.4.  Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll

    Photo
    Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
    a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
    kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan
    ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya
    album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
    menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
    b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam
    bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini
    digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll

    Slide 
    Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat effektif
    untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta  dapat mencermati setiap materi dengan
    cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang

    Film  
    Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edikatif.