Senin, 20 Desember 2010

KENAPA RUMAH SAKIT PERLU PEMASARAN


selama ini orang - orang seperti terkondisikan bahwa RS adalah sebuah tempat pelayanan kesehatan yang berlandaskan kemanusiaan sehingga tidak layak menerapkan asas- asas marketing dalam pengelolaan pelayanan kesehatan, padahal biaya operasional RS yang besar jika tidak diimbangi income yang besar maka justru akan mengalami kebangkrutan,bahkan sempat muncul persepsi negatif di masyarakat bahwa salah satu strategi pemasaran RS adalah promosi, Promosi RS dikonotasikan dengan membujuk serta mengarahkan seseorang agar mengunjungi RS tertentu. padahal seperti yang kita ketahui bahwa promosi merupakan salah satu media yang sangat baik, bahkan beberapa RS juga mulai menerapkan kegiatan-kegiatan kehumasan (public relations) .Saat ini, RS tidak bisa lagi dipandang hanya sebagai institusi sosial belaka, tetapi sudah menjadi institusi yang bersifat sosio ekonomis.Dengan paradigma baru ini, kaidah-kadiah bisnis juga berlaku bagi “industri” RS, tanpa harus meninggalkan jati diri RS sebagai institusi sosial yang sarat dengan norma, moral, dan etika.Saat ini, di Indonesia belum ada pedoman pengiklanan yang jelas bagi RS sementara kebutuhan akan pedoman pengiklanan tersebut sangat diperlukan agar RS-RS di Indonesia mampu bersaing dengan pelayanan RS luar negeri. Oleh karena itu, sudah saatnya RS di Indonesia berpromosi agar masyarakat kita mendapatkan informasi yang cukup mengenai jenis pelayanan maupun fasilitas yang ada di sebuah RS.RS sebagai penyedia pelayanan kesehatan membutuhkan media promosi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun pelayanan RS merupakan jenis pelayanan yang unik dan berbeda bila dibandingkan dengan bidang jasa pelayanan yang lainnya. Pedoman etik yang jelas sangat diperlukan dalam melakukan promosi bagi RS sehingga pedoman etik yang dibuat dapat menjadi acuan bagi RS dalam melakukan promosi. Saat ini, di Indonesia belum ada pedoman promosi yang jelas bagi RS, sementara kebutuhan akan pedoman promosi tersebut sangat diperlukan agar RS-RS di Indonesia mampu bersaing dengan pelayanan RS luar negeri.beberapa pakar memasarkan mengajarkan cara - cara memasarkan bisnis dengan metode dan strategi yang berbeda - beda.sehingga lebih memuaskan jika anda mendengarkan apa pendapat para pakar marketing tersebut melalui seminar maupun melalui buku - buku mereka.

Minggu, 19 Desember 2010

Profil Terbaru th 2010

BAB I
GAMBARAN UMUM

A. Data Umum

1. KELAS : C
2. STATUS : Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
3. PEMILIK : Pemerintah Kabupaten Demak
4. DIREKTUR RS (PLT) : Dr. Singgih Setyono.MMR
5. ALAMAT : Jl. Sultan Fatah 669/50 Demak
Telp. 0291.685018 Fax. 0291. 681609
Email: rsud_suka@demak.go.id.
7. LOKASI : Kelurahan Mangunjiwan
Kecamatan Demak
Kabupaten Demak
Propinsi Jawa Tengah Kode Pos 59552

8. JUMLAH TEMPAT TIDUR : Kapasitas 175 Tempat Tidur
(VVIP 10 TT VIP 15 TT, Kelas I 18 TT, Kelas II 30 TT, Kelas III 62 TT)Kelas
9. DASAR HUKUM : PERDA NOMOR 7 TAHUN 2008
10. Jenis Usaha : Jasa Pelayanan Kesehatan

B. Sejarah Singkat
RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak terletak di Jl. Sultan Fatah Nomor 669/50 Demak seluas + 4 hektar. RSUD Sunan Kalijaga berada di Kota Demak dan juga berada di jalur utama pantai utara Jawa Tengah. RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak pasa awalnya didirikan oleh Pemerintah Belanda tahun 1938 yang lokasinya di sekolahan Ongko Loro (saat ini masih digunakan sebagai gedung pertemuan rumah sakit dan ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit). Kepala Rumah Sakit Demak yang pertama di jabat oleh dokter Sastro berdasarkan Surat Keputusan Departemen Van Gezondheid Semarang.
Perubahan status Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Kabupaten Demak sejak tahun 1938 hingga tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Tahun 1938 – 1949
Tahun 1949 – 1979
Tahun 1979 – 1993




Tahun1993 – 2009
:
:
:




:

:




Balai Kesehatan.
Status Rumah Sakit Umum Kabupaten.
Status Rumah Sakit Umum Demak kelas D. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/Menkes/SK/ II/1979 tentang Rumah Sakit Umum Kelas D untuk Pemda Tingkat II.
Status Rumah Sakit Umum Demak kelas C. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 204/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Pebruari 1993 tentang Persetujuan Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Demak milik Pemda Tk II Demak
Pada tahun 1997, dalam rangka mendukung slogan “Demak Beramal“, H.DJOKO WIDJI SUWITO, SIP sebagai Bupati Demak telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor 445.1/1.500 / 1997 tanggal 12 Nopember 1997 ten
tentang Penetapan Nama RSU Kabupaten Demak dengan nama “RSUD Bhakti Karya Husada“. Selanjutnya, karena dipandang nama ”Bhakti Karya Husada” di pandang belum sesuai dengan ciri khas Daerah Kabupaten Demak, guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat di daerah tersebut di ganti dengan nama ”Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga Kabupaten Demak” berdasarkan Perda Nomor 7 tahun 2008, maka berubah menjadi RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.

C. Visi, Misi dan motto
Visi :
“Menjadi Rumah Sakit Kebanggaan Masyarakat Demak dan Sekitarnya Tahun 2011”.
Misi :
 Mengutamakan kepuasan pelanggan sesuai standar pelayanan rumah sakit
 Mengembangkan pelayanan trauma senter dan rumah sakit jemput pasien
 Mengembangkan sumberdaya manusia secara berkelanjutan
 Menciptakan suasana dan lingkungan rumah sakit yang aman dan nyaman
 Menjalin kerjasama antar mitra kerja
Motto :
“Senyum Untuk Kesembuhan Anda” (SUKA)

BAB II
FASILITAS PELAYANAN

A. Tugas Pokok

Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

B. Tujuan pelayanan
Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Demak dan sekitarnya dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuantitatif dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Demak.

C. Fungsi
 Menyelenggarakan pelayanan medis
 Menyelenggarakan pelayananan penunjang medis dan non medis
 Menyelenggarakan pelayananan dan asuhan keperawatan
 Menyelenggarakan pelayanan rujukan
 Menyelenggarakan pendidikan pelatihan
 Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
 Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
 Menyelenggarakan pemasaran rumah sakit dan rekam medik.


D. Jenis Pelayanan Rumah Sakit
1. Instalasi Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum
b. Poliklinik DOTS
c. Poliklinik Gigi
d. Poliklinik Spesialis :
 Penyakit Dalam
 Kesehatan Anak
 Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Bedah
 Syaraf
 Mata
 Teling Hidung Tenggorokan
 Penyakit Kulit dan Kelamin
 Kesehatan Jiwa
 Rehabilitasi Medik
2. Instalasi Rawat Inap
a. Ruang VVIP (proses pembangunan)
b. Ruang VIP (Wijaya Kusuma)
c. Ruang Penyakit Dalam (Mawar)
d. Ruang Anak (Dahlia)
e. Ruang Bedah (Kenanga)
f. Ruang Bersalin (Melati)
g. Ruang THT, Penyakit Mata, Penyakit Syaraf (Sokka)
h. Ruang Khusus Pasien Jamkesmas & Jamkesda (Cempaka)
3. Instalasi Rawat Darurat
a. Pengembangan Trauma Centre
b. Pengembangan rumah sakit jemput pasien
c. One Day Care

4. Instalasi Radiologi
a. Pemeriksaan Kontras dan Non Kontras
b. USG Konfensional dan non Konfensional
c. Pemeriksaan EKG dan EEG.
5. Instalasi Laboratorium
 Kimia klinik
 Hematologi klinik
6. Instalasi Farmasi
7. Instalasi Gizi
 Konsultasi Gizi
8. Instalasi Intensif Care Unit
9. Instalasi Bedah Sentral
10. Instalasi Pemulasaraan Jenazah
11. Instalasi Pemeliharaan Sarana

E. Pelayanan Penunjang
1. EKG adalah alat untuk mengetahui fungsi jantung, riwayat serangan jantung.
2. EEG adalah alat uuntuk merekam kegiatan otak dengan pemetaan gelombang otak.
3. Laboratorium
Pelayanan Laboraturium (24 jam) meliputi :
• Hematologi
• Kimia Klinik
• Bakteriologi
• Serologi
• Urinalisa
• Narkoba
• Tes HIV
• Medical Chek Up

4. Radiologi
Pelayanan Radiologi (24 jam) meliputi :
• Radiologi
• USG
• Mobile X ray
5. Farmasi
Pelayanan Farmasi memberikan layanan untuk pembelian obat-obatan, baik obat generic maupun obat paten dan alat kesehatan, bahan habis pakai
6. Gizi
Pelayanan Gizi meliputi :
• Memberikan konsultasi gizi rawat jalan dan rawat inap
• Penyelenggaraan makan pasien
7. Rehabilitasi Medik/Fisioterapi
• Konsultasi dokter spesialis Rehabilitasi Medik.
• Pelayanan Fisioterapi.

F. Pelayanan Kesehatan Penunjang
1. Rumah Sakit Rujukan Flu Burung di Kabupaten Demak
2. Pelayanan Mobil Ambulance dan Jenazah
3. Pelayanan Mediko Legal.
4. Pelayanan Visum et repertum
5. Pelayanan Home Care / Home Visit
6. Pelayanan Sosial / Bhakti Sosial kemasyarakatan
7. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
8. PKBRS ( Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit )
9. MOW ( Medis Operatif Wanita ) pasang dan lepas norplant.
10. Pemeriksaan Kesehatan/Medical Chek Up (CPNS, PNS, Caleg, dll)
11. PPKPA ( Pusat Pelayanan Kekerasan pada Perempuan dan Anak-anak )./KDRT.
12. Bank Darah.
13. Incenerator.
14. Instalasi Pengolahan Air Limbah
G. Jadwal Pelayanan Poliklinik
Poliklinik JAM HARI DOKTER / PETUGAS
Kebidanan dan
Penyakit
Kandungan 08.00 – 11.00 Selasa, Dr. FX Soenarto, Sp.OG
Rabu, Jumat, Sabtu Dr. Gunawan Kuswondo Sp. OG
Umum 08.00 – 11.00 Senin s/d Sabtu Dokter umum
Penyakit Telinga
Hidung
Tenggorokan 08.00 – 11.00 Senin, Rabu, Jum’at, Sabtu Dr. Andriana, Sp. THT
Penyakit Mata 08.00 – 11.00 Senin s/d Sabtu Dr. Deby Armawati, Sp. M
Gigi 08.00 – 11.00 Senin s/d Sabtu Drg. Endang Sri Haryati
Penyakit Dalam 08.00 – 11.00 Senin, Selasa, Kamis Dr. Moh Subandriyo, Sp. PD
08.00 – 11.00 Rabu, Jum’at, Sabtu Dr. Moh Saugi Abduh, Sp. PD
Penyakit Kulit dan Kelamin 08.00 – 11.00 Senin s/d Sabtu Dr. Wahyu Hidayat, Sp. KK
Penyakit Kesehatan Jiwa 08.00 – 11.00 Kamis Dr. Elly Noerhidayati, Sp. KJ
Poli DOTS 08.00 – 11.00 Rabu & Jumat Dr. Ribekan
Poli Anak 08.00 – 11.00 Senin s/d Rabu Dr. Soewarno, Sp. A
Kamis
Jum’at
Sabtu Dr. Ch. Rini P, Sp. A
Poli Bedah 08.00 – 11.00 Senin, Selasa, Kamis Dr. Mulyoto Adhi, Sp. B
Rabu, Jumat, Sabtu Dr. Imam Sanjoto, Sp. B
Poli Saraf 08.00 – 11.00 Senin s/d Sabtu Dr. Sri Suwarni, Sp. S
Rehabilitasi Medik 13.00 - Selesai Jum’at Dr. Tanti Ajoe Kesoema, Sp. RM
Klinik VCT, HIV AIDS 08.00 – 11.00 Senin, s/d Sabtu Sukardjo SKM. MKes
Fuad Bachtiar. S.Kep
Konsultasi Gizi 08.00 – 11.00 Senin, s/d Sabtu Pujo Semedi, S.ST.


H. Tata Cara Memperoleh Pelayanan
Pasien dapat langsung ke loket pendaftaran Instalasi Rawat Jalan di RSUD Sunan Kalijaga Demak atau terlebih dahulu menghubungi ke Telp. (0291)685018 Pes 122. Bagi pasien gawat darurat, pelayanan yang diberikan berdasarkan kegawat daruratan pasien dilayani di tempat pendaftaran IGD, kemudian ditangani oleh tenaga – tenaga professional, perawat, dokter jaga bersertifikat PPGD, ACSL, ATLS dll.
Apabila pasien memerlukan observasi dapat dilakukan observasi di ruang One Day Care.
I. Tata Tertib
• Jam Kunjungan / Bezoek Pasien
Siang : Pukul 10.30 – 12.00
Sore : Pukul 16.30 – 18.00
• Prosedur Menunggu Penderita
Keluarga hanya boleh menunggu atas ijin kepala ruang perawatan.
Bagi penderita yang akan menjalani operasi, keluarga diberi ijin menunggu sehari semalam sebanyak 2 orang.
Penunggu tidak diperkenankan : merawat / mengobati pasien, merokok dilingkungan RSUD Sunan Kalijaga Demak umumnya, duduk berbaring di tempat tidur penderita maupun ditaman, mencuci pakaian di lingkungan RSUD Sunan Kalijaga Demak, membawa tikar / bantal. Membawa keluar alat – alat milik RSUD Sunan Kalijaga Demak, membawa senjata api, benda tajam, radio, tape recorder, game watch, membawa anak dibawah usia 13 tahun untuk berkunjung di Rumah Sakit.
J. Hak dan Kewajiban Pasien
Kewajiban Pasien
• Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur kepada dokter.
• Mematuhi nasihat dokter yang mengobati.
• Menyimpan rahasia dokter yang mengobati.
• Memberi imbalan yang pantas
• Mentaati peraturan rumah sakit yang berlaku dan melunasi biaya rumah sakit.
Hak Pasien.
• Hak memilih dokter dan rumah sakit
• Hak memperoleh informasi medis dan memberikan persetujuan tindakan.
• Hak menolak pengobatan.
• Hak atas rahasia dirinya ( rahasia medik )
• Hak memutuskan hubungan antara dokter dan pasien.
• Hak menerima ganti rugi.
• Hak atas bantuan yuridis.
• Hak atas “second opinion”.
• Hak atas mengetahui isi rekam medis.
K. Hak dan Kewajiban dokter
Hak Dokter
• Bekerja menurut standar profesi medis (SPM)
• Menolak melaksanakan tindakan medis yang dapat dippertanggung jawabkan secara professional.
• Menolak suatu tindakan medis yang menurut suara hatinya tidak baik.
• Mengakhiri hubungan dengan pasien, kecuali dalam keadaan darurat.
• Hak atas “privacy dokter”
• Hak atas honorarium.
• Hak atas iktikad baik dari pasien (fair play).
Kewajiban Dokter
• Kewajiban yang berhubungan dengan standar profesi medis.
• Kewajiban yang berhubungan dengan hak – hak pasien yang harus dihormati ( memberikan informasi tentang tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien).
• Fungsi sosial dari pemeliharaan kesehatan.
• Menyimpan rahasia jabatan atau pekerjaan medis.

L. Hak dan Kewajiban Pengunjung.
Kewajiban Pengunjung
• Pengunjung harus mentaati jam kunjungan yakni siang jam 10.30 – 12.00 dan sore jam 16.30 s/d jam 18.00 WIB.
• Menjaga ketertiban dan keamanan serta mematuhi tata tertib yang berlaku.
Hak Pengunjung
• Minta informasi dari petugas
• Mengunjungi pasien di ruang inap pada jam yang telah ditentukan.

BAB III
KINERJA ORGANISASI

A. Nilai – nilai Organisasi
• Kebersamaan; Pegawai/karyawan dalam memberikan layanan kesehatan rumah sakit dilakukan dengan bekerja sama antar unit layanan
• Kejujuran; Pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban senantiasa didasarkan pada nilai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
• Keterbukaan; Pegawai/karyawan mau menerima kritik dan saran dari berbagai pihak datangnya guna memperbaiki pelayanan rumah sakit
• Disiplin; Pegawai/Karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajiban senantiasa taat dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang berlaku
• Profesional; Pegawai/karyawan memberikan pelayanan didasarkan pada standar pelayanan dan prosedur kerja pelayanan sesuai bidangnya masing-masing.
B. Landasan Hukum
Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 7 Tahun 2008
C. Kerjasama
• Kerjasama bidang Pendidikan
- Universitas Diponegoro Semarang
- Universitas Islam Sultan Agung Semarang
- Universitas Muhammadiyah Semarang
- Stikes Cendikia Utama Kudus
- Stikes Widya Husada Semarang
- Stikes Karya Huada Semarang
- Stikes An Nur Purwodadi
- Stikes Kendal
- Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
- Akbid Pemkab Kudus
- Akbid Pemkab Kendal
- Akbid Abdi Husada Semarang
- Akbid Al Hikmah Jepara
- Akbid Duta Dharma Pati
- Akbid Bhakti Utama
- LP2K Arsa Husada Kudus
- LPK Magistra Utama Semarang

• Kerjasama Pelayanan Kesehatan
- PT Askes Persero
- PT Rodeo Semarang
- PT Telkom
- PT In Health
- Perusda Anwusa Demak

D. Sumber Daya Manusia

No
Bagian/
Unit Kerja
Medis Paramedis Non medis
Jumlah
Keperawatan Non keperawatan
1 Direktur
2 Bagian Tata Usaha
3 Subbag Program
4 Sub bag Keuangan
5 Sub Bag Umum dan Kepegawaian
6 Bidang Pemasaran dan Rekam Medis
7 Seksi Pemasaran
8. Seksi Rekam Medis
9. Bidang Pelayanan Medis
10. Seksi Pelayanan Medis
11 Seksi Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
12 Bidang Perawatan
13 Seksi asuhan Perawatan
14 Seksi Pengembangan SDM Perawatan
15 Instalasi Farmasi
16 Instalasi Laboratorium
17 Instalasi Gizi
18 Instalasi Rawat Inap
19 Instalasi Gawat Darurat
20 Instalasi Rawat Jalan
21 Instalasi Radiologi
22 Instalasi Pemeliharaan Sarana
23 Satpam
24 Sopir
25 Honorer/
Kontrak Kerja
Jumlah


F. Pejabat Struktural

No Nama Jabatan
1. Dr. Singgih Setyono.MMR Direktur (PLT)
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Targunawan, SKM, M.Si Kepala Subbag Program
4. Titik Lestari, SH. MM Kepala Sub bag Keuangan
5. Nurkhayati, SH Kepala Sub Bag Umum dan Kepegawaian
6. Nani Amrin, SKM Kepala Bidang Pemasaran dan Rekam Medis
7. Sukardjo, SKM.M.Kes Seksi Pemasaran
8. Darsono Seksi Rekam Medis
9. Dr. Imam Sanyoto, Sp. B Bidang Pelayanan Medis
10. Dr. Beni Wijaya Seksi Pelayanan Medis
11. Dr. Ribekan Seksi Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
12. Sumarto, SKM. S.Keb Bidang Perawatan
13. Naning Hendrastuti, S. Kep Seksi asuhan Perawatan
14. Rahayu Puji Lestari, AM. Keb Seksi Pengembangan SDM Perawatan

G. Pejabat Fungsional Kepala Instalasi
No Nama Jabatan
1. Dr. Sri Suwarni, Sp. S Instalasi Rawat Jalan
2. Dr. Yohanes Isdiyanto Instalasi Rawat Inap
3. Dr. Wiknyo, Sp.An Rawat Intensive
4. Dr. Gunawan. Sp, OG Bedah Sentral
5. Dr. Beny Wijaya Gawat Darurat
6. Rosikun. AMD, EM Pemelihara Sarana Rumah Sakit
7. Dr. Bambang Satoto, SpR Radiologi
8. Dr. Ribekan Laboratorium
9. Drs. Danang Suwato, Apt Farmasi
10. Pujo Semedi, SST Instalasi Gizi
11. Dr. Beni Wijaya Pemulasaraan Jenazah
12. Sri Utami, Amd.PK Rekam Medis
13. Dr. Sri Suwarni, Sp.S Rehabilitasi Medis
14. Dr. M. Subandrio, Sp.PD Infeksi Nasokomial
15. Dr. Anna Rufaidah Diklat
16. Dr. Ribekan K 3

H. Kepala Ruang
No Nama Kepala Ruang
1. Sugeng Tri Susanto, Skep IGD
2. Mutjtahid, Skep Ners Mawar
3. Yunis Yana , S.Kep.Ners Wijaya Kusuma
4. Noor Maryam, Skep Mawar
5. Sri Sunarti, Skep Perinatologi
6. Kusmanto, Skep, Ners Soka
7. Munifah, SKM, Skep Kenanga
8. Kayatun B, AMK IRS
9. Kusri Heru Kanti Melati
10. Mustofa, Skep. Ners Cempaka
11. Ahmad Fatoni, S.Kep Rawat Jalan
12. M. Isya’ Ansori, AMR Radiologi
13. Puryati Laboratorium Klinik

I. Daftar Nama Dokter dan Jenis Pelayanan

No. Nama Petugas Jenis Pelayanan
1. Dr. FX. Soenarto, Sp. OG Poliklinik Kebidanan dan Penyakit kandungan
2. Dr. Gunawan Kuswondo, Sp. OG Poliklinik Kebidanan dan Penyakit kandungan
3. Dr. H. Soewarno, Sp.A Poliklinik Anak
4. Dr. CH. Rini Pratiwi, SPA Poliklinik Anak
5. Dr. Marhaeni Sudarmini, Sp. THT Telinga Hidung tenggorokan
6. Dr. H. Mulyoto Adhi, Sp. B Poliklinik Bedah
7. Dr. H. Imam Sanyoto, Sp.B Poliklinik Bedah
8. Dr. H. Mohamad Subandrio, Sp.D Poliklinik Penyakit Dalam
9. Dr. Sri Suwarni, Sp.S Poliklinik Syaraf
10. Dr. Deby Armawati, Sp.M Poliklinik Mata
11. Dr. Elly Noerhidayati, Sp. KJ Poliklinik THT
12. Dr. Dwi Antono, Sp. THT Poliklinik THT
13. Dr. Endang Sri Haryati Poliklinik Gigi
14. Dr. Tanti, SPM Poliklinik Rehabilitasi Medik
15. Dr. Bambang Satoto, Sp.Rad Pelayanan Radiologi
16. Drs. Danang Swasto, Apt Pelayanan Farmasi
17. Drs. Budi Sutrisno, Apt Pelayanan Farmasi
18. Mustika Baiti, SSI, Apt Pelayanan Farmasi
19. Dr. Inda Wulandari Pelayanan Laborat
20. Dr. Yohanes Isdiyanto Pelayanan Umum
21. Dr. Sri Pujiastuti Pelayanan Umum
22. Dr. Beny Wijaya Pelayanan Umum
23. Dr. Tri uni Musanda Pelayanan Umum
24. Dr. Farah Riana Pelayanan Umum
25. Dr. Anna Rufaida Pelayanan Umum
26. Dr. Anies Tjepoko Pelayanan Umum
27. Dr. Ribekan Pelayanan Umum
28. Pujo Semedi, S.ST. Konsultasi Gizi
29. Sukardjo, SKM. M.Kes Klinik VCT / HIV AIDS
30. Sugeng R, SST Fisio terapi
31. Tri Widodo. SST Fisio terapi


J. Daftar Dokter Jaga

No Nama / NIP Pangkat /
Golongan Tugas
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.


9.


10.


11.

Dr. Ribekan
Nip. 19700310 200312 1 009

Dr. Beni Wijaya
Nip. 19691116 200701 1 009

Dr. Anies Tjepoko P
Nip. 19690818 200701 2 020

Dr. Farah Riana
Nip. 19760204 200701 2 007

Dr. Lisa Novi P
Nip. 500 128 086

Dr. Tri Uni Musanada
Nip. 19760422 200701 2 007

Dr. Anna Rufaida
Nip. 500 184 821

Dr. Suparni Anik Indrayati
Nip. 19670917 200904 2 001

Dr. Viika Miftakhul Umami
Nip. 19840508 200903 2 007

Dr. M. Arfiansyah
Nip.

Dr. Ayumi Dini G
Nip. Penata
(III/C)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B)

Penata Muda Tk. I
(III/B) Instalasi Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

Instalasi
Gawat Darurat

K. Daftar Tenaga RSUD Sunan Kalijaga Demak


No
Jenis Keterangan 2008 2009 2010
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Dokter Spesilis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat SPK
Perawat Akper
Perawat S 1
Bidan
Apoteker
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Radiografer
Analis Kesehatan
Fisioterapi
Nutrisionis
Asisten Apoteker
Sanitarian
Elektro Medis
Perekam Medis
Perawat Gigi
Administrasi TU + sopir 21
15
1
2
99
10
11
3
6
6
8
10
2
8
6
2
6
3
54 19
15
1
2
99
10
11
3
6
6
8
10
2
8
6
2
6
3
54
Jumlah 281 281

L. Data Kapasitas Rawat Inap
No Nama
Ruang Inap Kelas Jumlah
III II I VIP Suit Room
1. Cempaka 32 34
2. Kenanga 12 8 8 28
3. Mawar 13 8 8 29
4. Perinat 8 8
5. Wijaya Kusuma 15 15
6. Dahlia 5 4 4 23
7. Melati 12 6 2 20
8. Soka 5 4 5 14
9. ICU 1 4 5
10 VVIP 10
Jumlah 79 31 39 15 175

Jumat, 10 Desember 2010

MANAJEMEN KONFLIK

PENDAHULUAN

Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.

DEFINISI KONFLIK

§ Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
§ Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.



ASPEK POSITIF DALAM KONFLIK

Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
§ Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
§ Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
§ Menumbuhkan semangat baru pada staf.
§ Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
§ Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.

Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.

PENYEBAB KONFLIK

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
2. Hambatan komunikasi
3. Tekanan waktu
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5. Pertikaian antar pribadi
6. Perbedaan status
7. Harapan yang tidak terwujud


PENGELOLAAN KONFLIK

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

TEKNIK ATAU KEAHLIAN UNTUK MENGELOLA KONFLIK

Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :
@ Konflik itu sendiri
@ Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
@ Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
@ Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
@ Ketersediaan waktu dan tenaga

STRATEGI :

1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”

@Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

2. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

3. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.



4. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
- Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
- Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

PETUNJUK PENDEKATAN SITUASI KONFLIK :
@ Diawali melalui penilaian diri sendiri
@ Analisa isu-isu seputar konflik
@ Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
@ Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
@ Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
@ Mengembangkan dan menguraikan solusi
@ Memilih solusi dan melakukan tindakan
@ Merencanakan pelaksanaannya

Rabu, 08 Desember 2010

Perencanaan dalam Keperawatan

A. Definisi Perencanaan Askep
Perencanaan adalah suatu kategori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang di perkirakan di tetapkan dan intervensi keperawatan di pilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter. 2005) dalam menetapkan perencanaan seorang pereawat perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak yakni klien, keluarga, serta petugas medis lain seperti dokter, ahli farmasi dan nutrisionist.
B. Tahap-Tahap Merencanakan Asuhan Keperawatan
1. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas sangat di butuhkan karena hal ini dapat mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah dalam menetapkan prioritas tidak hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan, kebutuhan, dan keselamatan klien.
Prioritas di klasifikasikan menjadi tiga yakni tinggi, menengah dan rendah
1) Prioritas tinggi
Prioritas yang berdasarkan diagnosa keperawatan dapat mengakibstksn ancaman bagi klien atau orang lain bila tidak segera di tangani.
2) Prioritas menengah
Prioritas ini mencakup kebutuhan klien non emergency tidak mengancam kehidupan.
3) Prioritas rendah
Mencakup kebutuhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan suatu penyakit spesifik
2. Menetapkan tujuan asuhan keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah sasaran rang ingin di capai dalam pemberian intervensi terhadap dua tipe tujuan dan harus di capai yakni jangka pendek (diarahkan rencana keperawatan mendesak) dan harus di capai dalam waktu yang relative singkat. Tipe lain adalah tujuan jangka panang yang di capai dalam waktu yang relative lebih lama. Biasanya tujuan jangka panjang berfokus pada pencegahan, pemulangan, rehabilitasi dan pendidikan kesehatan. Dalam menentukan tujuan dan beberapa kriteria yakni sebagai berikut :

1. Berfokus kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang menunjukkan berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)
5. Realistik untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan
6. Realistik untuk tingkat pengalaman dan ketrampilan perawat
7. Ditentukan bersama oleh perawat dan klien
8. Tujuan harus sejalan dan menyokong terapi lain
Tujuan Umum
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antar tim kesehatan lainnya
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Tujuan administratif
1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya
3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Menyediakan kriteria klasifikasi klien
Tujuan klinik
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan
Petunjuk Umum dalam Menulis Tujuan
1. Tulislah tujuan dalam istilah yang dapat diukur. Hindari kata-kata : baik, normal, cukup dan perbaikan.
2. Tulislah tujuan dalam istilah `yang dapat dicapai oleh klien`, bukan tindakan keperawatan
3. Tulis tujuan sesingkat mungkin
4. Buat tujuan yang spesifik
5. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan
6. Rencanakan batas waktu untuk pencapaian setiap tujuan. Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.
Secara umum : SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time (singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu tertentu).



3. Menetapkan kriteria hasil asuhan keperawatan
1. Merupakan model atau standar yang digunakan untu membuat keputusan
2. Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan
3. Menentukan apakah tujuan dapat dicapai
4. Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuan
Manifestasi terhadap respon manusia : KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh)
1) Kognitif : pengetahuan; berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien.
2) Affektif : mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi (status emosional)
3) Psikomotor : mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran
4) Perubahan fungsi tubuh : sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi
Ciri-ciri keberhasilan
1. Berhubungan dengan tujuan
2. Bersifat khusus dan konkrit
3. Hasilnya dapat dilihat, didengar, diraba dan diukur oleh orang lain
4. Dinyatakan dengan istilah yang positif.

4. Menetapkan intervensi
Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan maka seorang perawat menetapkan intervensi keperawatan yang akan di berikan kepada klien.

5. Menuliskan dan mendokumentasikan perencanaan asuhan keperawatan
Mendokumentasikan perlu di lakukan sebagai bukti dan juga dapat di gunakan sebagai acuan terhadap proses selanjutnya atau perencanaan asuhan keperawatan lain di kemudian hari.
Kriteria dalam penulisan perencanaan, yakni sebagai berikut.
1) Memekai tenaga kerja yang tepat
2) Dapat memodifikasikan
3) Bersifat spesifik
a. Siapa yang akan akan melakukan
b. Apa yang akan di lakukan
c. Dimmana dilakukan
d. Kapan dilakukan
e. Bagaimana melakukan



C. Manfaat membuat perencanaan asuhan keperawatan
Tujuan dan dalam pembuatan perencanaan agar setiap implementasi asuhan keperawatan dapat dilakukan langkah yang tepat dan efisien.
1. Sebagai penghubung kebutuhan klien
2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan
3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan
4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan

Jumat, 26 November 2010

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan ini sangatlah vital untuk dilakukan. Pernahkan kita mendengar beberapa diagnosa keperawatan pada pasien….?.
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan. Kebanyakan kurikulum sekolah-sekolah keperawatan sekarang memasukkan proses keperawatan sebagai sautu komponen dari konsep kerja konseptual mereka. National Council of State Broads of Nursing menggunakan proses keperawatan sebagai dasar untuk Registered Nurse State Board Test Pool Examination (NCSBN). Pertanyaan –pertanyaan yang berhubungan dengan tindakan keperawatan dalam menangani keadaan pasien yang bervariasi disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan :
1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang Pasien
2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan pasien dan seleksi tujuan perawatan
3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan pasien.
4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.
Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan yang terpenting adalah dalam hal memberikan dosis-dosis terhadap pasien ( diagnosa ).
Begitu banyaknya diagnosa keperawatan yang muncul dan ketika didiskusikan ternyata para perawat tersebut saling menyalahkan terhadap diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka anut. Padahal jika kita merujuk kepada aspek profesionalisme, pastilah adanya suatu patokan terhadap diagnosa keperawatan yang muncul tersebut. Jika kita lihat kepada sumber maka diagnosa keperawatan yang benar untuk masalah di atas adalah “bersihan jalan nafas takefektif”. Ternyata ada jawaban yang telah mendekati benar hanya saja jawaban tersebut tidak/kurang lengkap terhadap diagnosa keperawatan yang dianut oleh NANDA.
Sehingga dalam makalah ini penulis mengambil tema yang berhubungan dengan latar belakang masalah diatas yaitu “ Diagnosa Keperawatan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penyusun merumuskan masalah untuk dikaji. Masalah pokok dalam pembahasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari Diagnosa Keperawatan ?
b. Apa saja Kategori-kategori Diagnosa Keperawatan ?
c. Bagaimana komponen – komponen diagnosa keperawatan ?
d. Bagaimana faktor-faktor atau gejala pemeliharaan dan penentuan sifat/ karakteristik Diagnosa Keperawatan?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Dalam penyusunan Makalah ini dengan tujuan sebagai berikut :
1. Bisa mengartikan atau menjelaskan tentang Diagnosa Keperawatan.
2. Bisa menyebutkan Kategori-kategori Diagnosa Keperawatan
3. Untuk mengetahui komponen – komponen diagnosa keperawatan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor atau gejala pemeliharaan dan Penentuan sifat/karakteristik Diagnosa Keperawatan
D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai oleh penulis adalah metode kepustakaan yaitu dengan cara membaca buku-buku yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.









BAB II
TINJAUAN TEORI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan ( ANA, 1980).

Diagnosa keperawatan, konsep diagnosa dirancang untuk pola penghargaan. Diagnosa keperawatan untuk situasi perawatan kesehatan pasien/ keluarga meliputi nama diagnosa dan faktor-faktor berhubungan yang mempengaruhi awal gejala/ pemeliharaan dari suatu diagnosa aktual atau nama diagnosa dan faktor-faktor resiko tinggi. Diagnosa keperawatan, kemudian menjadi titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan evaluasi. ( Kim et al, 1984).
B.KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1 Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2.Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3.Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.

C.PERSYARATAN PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi
2.Spesifik dan akurat (pasti)
3.Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
4 Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
5.Dapat dilaksanakan oleh perawat
6.Mencerminan keadaan kesehatan klien.
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
2.Bersifat aktual atau potensial
3.Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
4.Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
E. ALASAN PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
2.Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan
3.Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya
4.Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
5.Menciptakan standar praktik keperawatan
6.Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
F. PROSES PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);


Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
b. Nutrisi : pola metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas : pola latihan
e. Tidur : pola istirahat
f. Kognitif : pola perseptual
g. Persepsi diri : pola konsep diri
h. Peran : pola hubungan
i. Seksualitas : pola reproduktif
j. Koping : pola toleransi stress
k. Nilai : pola keyakinan
2.Mengindentifikasi masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.

b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
d. Penentuan keputusan
- Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
- Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga
- Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
- Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
3. Memvalidasi diagnosis keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
4. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.
Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan — menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :
a. Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri
b. Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.
G. KATEGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan maturasional.
Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2.Diagnosis Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup mulut dan hidung).
3.Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi.
4.Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaprkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif.
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5.Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.



















BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1 Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
2.Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
3.Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PESBAB I

DAFTAR PUSTAKA
Mi jakim, Gertrude K, and Audrey M, Diagnosa Keperawatan, 1995, alih bahasa ,Yasmin Asih –ed. 5 – Jakarta : EGC, 1994

Buku Saku Diagnosa keperawatan pada psikiatri Pedoman untuk pembuatan rencana perawatan/ Mary C. Townsend; alih bahasa, Novi Helena C. Daulima; – Ed. 3 – Jakarta: EGC, 1998.

RONDE KEPERAWATAN

A. Definisi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
B. Karakteristik
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
6. primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

C. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

D. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2. Menjelaskan masalah keperawata utama.
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

E. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement.
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional.
4. Mengarahkan dan koreksi.
5. Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.

F. Persiapan
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
2. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
G. Pelaksanaan
1. Penjelasan tentang klien o/ perawat primer dlm hal ini penjelasan difokuskan pd mslh keperawatan& rencana tindakan yg akan/telah dilaksanakan& memilih prioritas yg perlu didiskusikan.
2. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pd masalah prioritas yg telah &yg akan ditetapkan.









H. Langkah2 Ronde Keperawatan





I. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.






DAFTAR PUSTAKA

Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,. EGC, Jakarta

Jumat, 29 Oktober 2010

MANAJEMEN PEMASARAN RUMAH SAKIT

H.SUKARDJO, SKM, M.Kes
PEMASARAN RSUD SUNAN KALIJAGA KAB DEMAK

Jika menyinggung istilah tentang manajemen pemasaran, maka kita akan selalu menyinggung empat faktor utama yang sangat mempengaruhi jalannya suatu manajemen marketing. Ke-empat faktor tersebut diantaranya adalah harga, daerah pemasaran, kegiatan promosi atau pemasaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan, dan faktor utama yang paling penting yaitu produk itu sendiri. Agar dapat terjadi penjualan yang optimal, maka diperlukan tata kelola manajemen pemasaran yang tepat pula. Untuk produk sendiri dibedakan atas dua hal yang mendasar, yaitu produk real yang siap dipasarkan seperti produksi mobil, handphone, makanan, minuman dan sebagainya. Kemudian jenis produk ke dua adalah berupa produk jasa, sebagai contoh dari produk jasa ini adalah produk pelayanan komunikasi, jasa perawatan badan seperti spa, dan masih banyak lagi.
Ulasan Mengenai Produk
Kemudian suatu produk jika ditinjau dari sudut pandang konsep yang dikemas, maka kiat akan mengenal produk dengan kategori produk dengan kualitas tinggi, produk jenis ini juga dapat dibilang dengan istilah produk yang memiliki klasifikasi fitur dengan disain unik, dan biasanya ditujukan untuk kalangan atas, sehingga wajar jika produk dengan konsep seperti ini dibandrol dengan harga diatas rata-rata dan biasanya manajemen pemasaran ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Jika kita membandingkan produksi mobil dari Jepang dengan produksi Eropa, maka akan terlihat jelas dari segi kualiats, sehingga hal ini menyebabkan adanya margin dari segi harga. Ada juga produk yang ditinjau dari sudut pandang konsep dimana dapat dikategorikan ke dalam kategori ‘me too’. Produk me too ini dapat didefinisikan sebagai produk yang menggunakan disain dari produk yang terlebih dahulu ada dipasaran dengan merek yang berbeda. Dengan kata lain produk me too dapat dikatakan sebagai produk jiplakan dari produk pendahulunya dengan disain yang agak beda sedikit. Sebagai contoh, produk minuman mineral ‘Aquades’ merupakan produk me too dari produk ‘Aqua’. Suatu perusahaan jika memproduksi produk me too, maka akan diperlukan usaha yang agak keras dalam pengelolaan manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran untuk produk me too harus dilakukan dengan cermat agar produk me too dapat bersaing dengan produk dengan produk pendahulunya.
Kegiatan Promosi
Ketika suatu produk telah dilepas di pasaran maka tujuan utama pemasaran agar terjadinya penjualan adalah dengan adanya konsumen. Untuk merangkul konsumen agar mendukung terjadinya penjualan maka diperlukan juga manajemen pemasaran yang terorganisasi dengan baik. Salah satu manajemen pemasaran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan promosi. Promosi sendiri dapat didefinisikan sebagai daya upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untukmengenalkan produk kepada konsumen dengan tujuan utama untuk membujuk konsumen agar mendukung terjadinya transaksi penjualan. Dalam melakukan suatu promosi diperlukan strategi pemasaran yang optimal agar didapatkan hasil yang maksimal pula.
Dalam melakukan kegiatan promosi yang saat ini sedang ng-trend digunakan oleh kebanyakan perusahaan adalah dengan malakukan kombinasi teknik promosi yang terdiri atas penjualan yang dilakukan secara pribadi atau sering lebih dikenal dengan istilah ‘personal selling’, promosi yang dilakukan dengan cara melalui iklan yang dapat dilakukan baik dengan media elektronik da media cetak, promosi dengan jalan publikasi yang biasanya dilakukan pada event-event tertentu yang biasanya bersifat dapat mengkumpulkan masa yang besar, dan terakhir adalah promosi dengan cara door to door dimana hal ini lebih dikenal dengan istilah ‘sales promotion’.
Perencanaan Distribusi yang Tepat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam merancang manajemen pemasaran adalah tak lain adalah dengan mempertimbangkan daerah atau place tempat produk yang akan dipasarkan. Dengan menimbang dan menganalisis tempat pemasaran, maka akan sangat membantu untuk menentukan strategi apa yang dipakai dalam proses pendistribusian. Dengan menggunakan distribusi yang benar, maka akan sangat membantu dalam menghemat biaya transportasi distribusi, sehingga akan sangat mempengaruhi keuntungan atau laba yang akan diperoleh oleh perushaan. Pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan distribusi agar dapat dilakukan dengan efisien. Ketiga faktor penting tersebut adalah distribusi yang sifatnya intensif, kemudian distribusi yang menggunakan metode eksklusif, serta terakhit type distribusi dengan menggunakan konsep selektif.
Distribusi dengan metode eksklusif, adalah distribusi yang sangat mementingkan gensi, kualitas dan prestisius. Biasanya type distribusi ini digunakan untuk manajemen pemasaran bagi perusahaan yang memang memiliki merek dagang yang cukup berkualitas tinggi. Sebagai contoh adalah distribusi yang hanya dilakukan untuk memilih outlet pemasaran yang hanya berada ditempat-tempat yang terpilih, tempat-tempat tersebut biasanya terletak di kawasan elite yang ramai dikunjungi oleh konsumen. Tempat-tempat yang dimaksud dapat berupa gerai took yang berada di mall, plaza, dan tempat elit lainnya. Pemilihan tempat-tempat terpilih ini guna mempertimbangkan untuk menjaga agar produk yang dipasarkan terkesan berkualiat tinggi dan memiliki prestisius yang tidak dimiliki oleh produk lainnya. Umumnya jika menggunakan metode ini, penjualan yang dihasilkan tidak bisa dicapai dengan hasil yang besar jika dinilai dari satu per satu tidak secara keseluruhan. Namun tetap menghasilkan keuntungan yang amat tinggi, karena harga produk yang ditawarkan memiliki manajemen dengan harga yang relatif tinggi dan stabil.
Kemudian type distribusi yang ke-dua adalah distribusi dengan menggunkan konsep selektif. Konsep distribusi ini hamper mirip jika dibandingkan dengan konsep distribusi dengan menggunakan konsep distribusi eksklusif. Namun cakupan dari distribusi selektif biasanya memiliki menajemen pemasaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan distribusi dengan type eksklusif. Sebagai contoh untuk distribusi selektif adalah produk yang hanyak dipasarkan di tempat yang sudah terpilih, seperti indomart, alfamart, carefour, maka produk ini biasanya tidak dapat ditemukan di pasar tradisional. Konsep produksi ini biasanya banyak memilki kelemahannya jika dibandingkan dengan type distribusi lainnya. Namun poin positif yang akan didapatkan dengan mengadopsi distribusi selektif adalah terbantunya dalam mengontro harga, sehingga suatu produk akan berharga sekian rupiah dimanapun daerah produk itu dipasarkan selama pemasarannya berada pada outlet-outlet yang telah terpilih.
Terakhir adalah metode distribusi yang bersifat intensif, type distribusi ini biasanya akan memiliki pasar yang paling luas jika dibandingkan dengan metode distibusi lainnya baik distribusi dengan konsep eksklusif maupun distribusi dengan menggunakan metode selektif. Karena manajemen pemasaran produk akan meliputi pasar yang tidak pandang bulu, baik itu pasar tradisional, pasar menengah, pasar modern, atau bahkan pasar elelite yang hanya dapat terjangkau oleh kalangan tertentu. Kelemahan dari distribusi ini adalah tidak dapat mengontrol harga untuk dijadikan secara homogen. Misal untuk suatu produk yang sama namun karena dipasarkan pada dua tempat yang memiliki kualitas margin yang besar, maka harganya-pun juga akan berbeda.
Penetapan Harga atau Price
Penenetapan harga dari suatu produk merupakan hal yang sangat strategis untuk diperhatikan oleh suatu perusahaan. Jika menyinggung dengan harga dari suatu produk, maka biasanya akan sebanding dan sejalan dengan kualitas dari produk itu sendiri. Secara umum, biasanya jika harga suatu barang tinggi, maka hal itu disebabkan karena kualitas yang dimiliki dari suatu produk itu juga tinggi pula.Namun terkadang hal itu tidak berlaku jika konsumen jeli dalam memilih barang. Karena terkadang harga dari suatu barang mahal disebabkan oleh merek dari barang itu sendiri yang memang sudah diakui dipasaran.
Tidak semua orang atau konsumen memiliki argumen bahwa semakin bagus suatu produk maka akan memiliki harga yang tinggi. Beberapa konsumen menyakini bahwa harga murah bukan berarti kualitas rendah. Hal ini tentunya adalah sebuah peluang bagi suatu perusahaan yang baru dalam membidik segmen pasar tertentu. Dengan memanfaatkan argument tersebut, maka dengan pengelolaan manajemen pemasaran yang tepat sasaran, maka tidak menutup kemungkinan produk yang ditawarkan mampu bersaing di pasar.
Harga yang tinggi identik dengan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Pernyataan ini memang layak untuk dibenarkan. Namun penetapan harga yang murah juga identik dengan keuntungan yang besar juga suatu pernyataan yang dapat dibenarkan. Sebagai contoh produk jasa dibidang telekomunikasi yang saat ini berlomba-lomba untuk menawarkan produk jasa yang dimiliki dengan kecenderungan bersaing dengan harga yang rendah. Contoh real operator CDMA menawarkann harga yang relatif murah dibandingkan dengan GSM. Dan GSM menawarkan produk jasa dengan harga yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan operator CDMA tapi dengan kualitas pelayanan jaringan yang lebih baik. Denga kata lain, dalam memilih manajemen pemasaran harus disesuaikan dengan produk yang dimiliki. Kemudian dengan mampu menganalisis dan melihat kelebihan dari suatu produk, maka akan sangat membantu dalam menentukan manajemen pemasaran yang tepat terutama dari segi harga.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan yang dapat membantu untuk menentukan harga dari suatu produk dengan tepat agar dapat bersaing dipasaran dan menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan:
1. Sebaiknya menetapkan harga berdasarkan dari biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis biaya produksi suatu produk dapat meliputi; biaya pokok, biaya overhead dan biaya penunjang lainya. Dengan menganalisis biaya produksi dalam menentukan harga suatu produk, maka akan membatu perusahaan untuk terhindar dari jurang kerugian.
2. Menetapkan harga berdasarkan permintaan. Oleh karena itu sebelum menetapkan harga dari suatu produk ada baiknya perusahaan terlebih dahulu untuk melakukan riset seberapa besar tingkatan permintaan pasar terhadap produk yang akan dipasarkan. Manajemen pemasaran dalam hal ini akan memilki peran penting dalam menganalisis kebijakan ini. Semakin besar tinggi pertmintaan dari suatu produk, maka akan semakin tinggi kecenderungan harga yang akan dimiliki dari produk itu sendiri.
3. Menetapkan harga dari suatu produk dengan melihat harga persaingan yang ada di pasaran. Jika memungkinkan maka kenapa tidak membandrol harga dari suatu produk dibawah harga persaingan yang ada di market. Hal ini akan sangat membantu penjualan produk tersebut di pasar agar diburu oleh konsumen. Selain itu penetapan harga dari suatu produk juga dapat dilakukan dengan memasang dengan harga cantik. Misal jika keputusan perusahaan berniat menjual produk dengan harga dua ratus ribu rupiah, maka tidak ada salahnya dalam pemasarannya produk tersebut dijual dengan harga Rp 195.000,00. Percaya atau tidak permainan angka ini sangat mempengaruhi penjualan suatu produk untuk jangkan panjang dan dalam jumlah besar.

Minggu, 24 Oktober 2010

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Oleh H. Sukardjo, SKM,M.Kes
RSUD Sunan Kalijaga Kab Demak

Pendahuluan

Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan / pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan , antara lain :
a. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway Tead ).
b. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill ).
c. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang yang karena sifat - sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi, yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat - perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.

2. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar ( the great men theory ) atau teori bakat ( Trait theory ) ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat - bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b. Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari - hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat - bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

3. Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen ( pattern of management ), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator ( dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez - faire leadership style ) ini peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai dengan kehendak masing - masing pula.
4. Pemimpin yang efektif
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5) Mengambil tindakan
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar manusia ).
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

5. Kepemimpinan dan kekuasaan
Menurut Gardner yang dikutip oleh Russel ( 2000 ) mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu kapasitas uuntuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.

Dasar - dasar kekuasaan
Franch dan Raven mengemukakan lima dasar kekuasaan interpersonal, yaitu :
a. Kekuasaan legitimasi
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi tidak tergantung kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam organisasi mempunyai kekuasaan pada orang - orang yang di bawahnya.
b. Kekuasaan penghargaan
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan legitimasi dapat menggunakan penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari bawahan. Bawahan mungkin akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila pimpinan dapat menyediakan penghargaan yang bernilai , misalnya: kenaikan gaji, pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain - lain.

c. Kekuasaan paksaan
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan dengan hukuman. Bawahan akan tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan paksaan mungkin digunakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam organisasi, namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
d. Kekuasaan kharisma
Seseorang pemimpin yamg kharismatik dapat mempengaruhi orang karena benar - benar dari pribadi dan tingkah laku dari pimpinan tersebut.
e. Kekuasaan ahli
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus mempunyai nilai yang lebih tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada urutan tingkatan.

Kelima dari tipe kekuasaan interpersonal di atas adalah saling ketergantungan karena tipe - tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan berbagai cara dan masing - masing dapat mempengaruhi yang lainnya.

6. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager )
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b. Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager )
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager , yakni pimpinan puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep, identifikasi, dan penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
c. Pimpinan puncak ( Top Manager )
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.

Hubungan antar manusia ada dua jenis :
a. Human Relations
Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina lancarnya tim kerja.
b. Public Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.

Tugas - tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.

Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja di luar kelompok.
b. Sebagai inovator atau pembaharu
c. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara.
d. Menghimpun kekuatan
e. Merangsang perdebatan masyarakat
f. Membuat kedudukan perawat di media massa
g. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat
h. Mempertahankan kegiatan
i. Memelihara formaf desentralisasi organisasi
j. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
k. Mempelajari pengalaman
l. Jangan menyerah tanpa mencoba.

7. Manajemen konflik
Konflik, menurut Deutsch ( 1969 ) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang terancam. Penyebab konflik, Edmund ( 1979 ) menyebutkan sembilan faktor umum yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a. Spesialisasi
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat terjadinya konflik antar kelompok.

b. Peran yang bertugas banyak
Peran keperawatan membutuhkan seseorang untuk dapat menjadi seorang manajer, seorang pemberi asuhan yang trampil, seorang ahli dalam hubungan antar manusia, seorang negosiator, penasihat , dan sebagainya. Setiap sub peran dengan tugas - tugasnya memerlukan orientasi yang berbeda - beda yang dapat menyebabkan konflik.
c. Interdependensi peran
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area - area tertentu.
d. Kekaburan tugas
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau kelompok.
e. Perbedaan
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi, dan kognitif orang - orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
f. Kekurangan sumber daya
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g. Perubahan
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan meningkat secara proporsional.
h. Konflik tentang imbalan
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda - beda, maka sering timbul konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i. Masalah komunikasi
Sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan saluran komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan konfllik.

Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
a. Disiplin
Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik, perawat pengelola harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu dilakukan klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau memperbaiki staf yang tidak diinginkan.
b. Mempertahankan tahap kehidupan
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1) Tahap dewasa muda
2) Tahap dewasa menengah
3) Tahap manusia diatas 55 tahun
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan seni yang penting untuk mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi yang efektif maka konflik dapat dicegah.
d. Asertif training
Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran, training sensitivitas dan training asertif dapat meningkatkan kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.

Teknik manajemen konflik :
a. Menetapkan tujuan
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat konflik dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b. Memilih strategi
1) Menghindar
Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2) Akomodasi
Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3) Kompromi
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang terlibat konflik.
4) Kompetisi
Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5) Kerja sama
Apabila pihak - pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara memuaskan.




















P E N U T U P



Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan, fungsinya lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik, maupun peneliti keperawatan. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan.
Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan di masa yang akan datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.



























DAFTAR PUSTAKA



1. Azrul Anwar ( 1996 ), Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.

2. ---------------- ( 1996 ), Kepemimpinan keperawatan dalam gerakan inovasi keperawatan ( makalah disampaikan pada seminar keperawatan di PAM Keperawatan Soetopo, Surabaya ).

3. Djoko Wiyono ( 1997 ), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.

4. La Monika Elaine L ( 1998 ), Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, EGC, Jakarta.

5. Prayitno Subur ( 1997 ), Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat, Airlangga, University Press, Surabaya.

6. Swanburg Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan, EGC, Jakarta.

7. Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan

Sabtu, 23 Oktober 2010

PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP): Penataan Stuktur dan Proses Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat RSUD SUNAN

OLEH SUKARDJO,SKM M KES
PRAKTISIN KEPERAWATAN BIDANG PEMASARAN DAN RM RSUD SUKA DEMAK

1. LATAR BELAKANG
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingklat sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar praktik keperawatan.

Walaupun sudah banyak hal positif yang dicapai, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan sampai saat ini belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap perawat terhadap klien/keluarga dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugasnya.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, yang dapat ditinjau dari aspek struktur dan proses pelayanan keperawatan ( Donabedian, 1980).
Pada aspek struktur faktor utama yang berperan adalah jenis tenaga keperawatan yang masih rendah ( SPK ). Pada aspek proses, faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan adalah penggunaan metode pemberian asuhan yang tidak memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara profesional. Pada beberapa rumah sakit digunakan metode fungsional yaitu metode penetapan tugas perawat berdasarkan fungsi, misalnya memberi obat dan mengambil darah. Metode ini kurang memungkinkan adanya hubungan perawat-klien yang baik, karena seorang klien akan dirawat oleh banyak perawat, tetapi tidak diketahui perawat mana yang bertanggung jawab penuh terhadap klien tersebut, dan perawat pun tidak mengetahui dengan pasti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
Demikian juga banyak rumah sakit yang masih menggunakan metode asuhan TIM yang bagi sebagian rumah sakit hal ini merupakan sesuatu yang baru, padahal metode ini pun belum mencerminkan bentuk pelayanan profesional karena terputusnya asuhan keperawatan dimana tim yang merawat klien pada shif siang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap klien pada sore harinya dan seterusnya.

Dengan gambaran seperti ini dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini layanan keperawatan yang ada di rumah sakit masih bersifat okupasi. Artinya tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter, tugas dilaksanakan tidak didasarkan pada tanggung jawab moral dan tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan.

Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan sebuah model praktik keperawatan profesional ( MPKP ) di suatu ruang rawat di rumah sakit. Model praktik keperawatan profesional ( MPKP ) diartikan sebagai suatu sistem ( struktur, proses dan nilai-nilai profesional ) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut ( Hofart and Woods, 1996).

2. KERANGKA KONSEP
Praktik keperawatan profesional, merupakan praktik yang didasarkan pada pengetahuan teoretis yang mantap dan kokoh dari berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan. Berbagai disiplin ilmu tersebut adalah ilmu biomedik, ilmu perilaku, dan ilmu sosial. Kesemuanya adalah satu kesatuan yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil tindakan keperawatan serta penyesuaian atau revisi rencana asuhan keperawatan.

Praktik keperawatan sebagai praktik profesional merupakan praktik dengan orientasi melayani. Artinya perawat harus mempunyai komitmen untuk memberikan asuhan keperawatan berdasarkan keahlian yang tinggi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan menempatkan pelayanan di atas kepentingan pribadi. Sebagai suatu praktik yang profesional, keperawatan mempunyai kode etik dan mempunyai otonomi dalam dalam menetapkan tindakan yang dilakukan ( Shortrigde dalam Chasca, 1990 ). Menurut styler dalam Kozier ( 1997 ), otonomi profesi merupakan karakteristik utama suatu profesi. Perawat mempunyai otonomi mengatur praktik keperawatan agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional. Selanjutnya Fagin dalam Kozier ( 1988) menyebutkan bahwa perawat mempunyai tujuh hak untuk menetapkan standard of excellence in nursing. Standard of excellence in nursing diawali dengan pengembangan MPKP karena pada MPKP terdapat stuktur dan proses yang mendukung peningkatan mutu asuhan keperawatan.

Sistem pemberian asuhan keperawatan dengan model keperawatan profesional memungkinkan perawat melakasanakan asuhan keperawatan dengan memenuhi aspek –aspek/ nilai-nilai profesional; (1) otonomi yaitu mempunyai kewenangan/otoritas untuk melaksanakan proses keperawatan secara mandiri dan bukan didasarkan pada instruksi dokter, dan perawat adalah seseorang yang mempunyai hubungan langsung dan pertama dengan klien, (2) melakukan asuhan secara berkesinambungan berdasarkan pada ilmu keperawatan, (3) melakukan kolaborasi dengan pihak lain demi keuntungan/kepentingan klien, (4) memiliki kekuatan kelompok/profesi dalam melakukan asuhan keperawatan dan (5) melakukan asuhan kepreawatan memenuhi kode etik keperawatan.

Berdasarkan landasan pemikiran yang sudah dibahas, MPKP RS Mardi Rahayu merupakan penataan stuktur dan proses sistem asuhan keperawatan pada ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Pada aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan ( berdasarkan tingkat kebutuhan klien ). Penetapan jumlah perawat yang tepat penting karena apabila jumlah perawat tidak sesuai dengan kebutuhan klien, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan kperawatan yang seharusnya dilakukan. Akibatnya perawat hanya cukup waktu untuk melakukan tindakan yang bersifat kolaboratif.

Disamping jumlah perawat, sesuai dengan metode modifikasi primer ( primary team ) perlu ditetapkan jenis tenaga yaitu perawat primer (PP), perawat asosiet/pengganti (PA) dan pembantu perawat (POS) sehingga fungsi dan peran masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya serta mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan. Pengaturan ini diperlukan agar semua tindakan keperawatan yang sudah diidentifikasi pada renpra dapat dilakukan. Tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP karena bentuk tindakannya lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien dimana hal tersebut memerlukan landasan konsep dan teori yang tinggi. Jika pengaturan ini tidak dilakukan PP hanya akan melakukan tindakan yang sebenarnya dapat dilakukan oleh PA. Dengan dilakukannya pengaturan seperti ini, maka PP bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim ( primer) pada sekelompok pasien dari datang hinga keluar.

Pada aspek struktur juga ditetapkan standar renpra. Penetapan ini karena berdasarkan observasi, waktu yang dibutuhkan untuk menulis renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup empat belas kebutuhan dasar manusia ( Henderson). Dengan adanya standar renpra, PP melakukan analisis masalah dan diagnosa keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan dan standar renpra tersebut Selanjutnya bersama PA membahas rencana asuhan dan mengarahkan PA pada pelaksanaan tindakan keperawatan. Standar renpra yang dikembangkan adalah untuk kasus yang sering terjadi. Adanya standar renpra menunjukkan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada konsep dan teori yang kukuh yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional.

Disamping PP dan PA, ada tenaga yang disebut pembantu perawat atau POS yang bertugas membantu pekerjaan-pekerjaan yang hanya membutuhkan kompetensi psikomotor. Tugas-tugasnya antara lain membersihkan meja, menyediakan alat, membersihkan alat-alat yang digunakan, mengantar klien konsul, membawa urinal atau pispot ke dan dari klien, mengganti alat tenun dan lain-lain.

Pelaksanaan MPKP di Rumah sakit Mardi Rahayau pelaksanaannya direncanakan secara bertahap, dimulai dengan menerapkannya pada ruang baru. Kapasitas ruang tersebut adalah 27 tempat tidur dengan perawat berjumlah 32 tenaga terrdiri dari 21 perawat DIII, 1 perawat SPK dan 10 POS. Dengan demikian secara sturktur dapat diuraikan sebagai berikut.










KEPALA RUANGAN ( DIII)


9 pasien 9 pasien 9 pasien

PP 1 (DIII) PP 2 (DIII) PP 3 (DIII)

Pagi PA (DIII) PA (DIII) PA (DIII)
PA (DIII) PA (DIII) PA (DIII)
POS POS POS


Sore PA (DIII) PA (DIII) PA (DIII)
POS POS POS

MalamPA (DIII) PA (DIII) PA (DIII)
POS POS POS


Libur PA (DIII) PA ( DIII) PA (DIII)
POS PA (SPK) PA ( DIII)


Selanjutnya akan diuraikan secara rinci peran dan fungsi masing-masing jenis tenaga:
I. TUGAS KEPALA RUANGAN:
1. Mengatur pembagian tugas staf.
2. Mengatur dan mengendalikan logistik/ administrasi ruangan.
3. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
4. Bersama PP mengikuti ronde tim medis.
5. Mengadakan ronde keperawatan.
6. Menilai kinerja staf ruangan.
7. Melakukan kegiatan administrasi dan jadual dinas.
8. Mengorientasikan pegawai baru
9. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien/keluarga dan disiplin kesehatan lainnya.
10. Melakukan supervisi.

2. TUGAS CLINICAL CARE MANAGER ( DIRANGKAP OLEH KEPALA RUANGAN).
1. Membimbing dan mengarahkan perawat primer
2. Melakukan validasi diagram keperawatan yang telah ditetapkan PP
3. Mengontrol pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan pada klien.
4. Mengadakan prekonferensdengan perawat primer.
5. Mengadakan diskusi kasus dengan perawat primer.
6. Mempresentasikan issue-issue baru terkait dengan asuhan keperawatan.
7. Mengidentifikasi masalah penelitian yang mungkin di ruangan.
8. Menerapkan hasil-hasil penelitian.
9. Menilai penerapan MPKP.

3. TUGAS PERAWAT PRIMER ( KETUA TIM )
1. Menerima overan klien setiap penggantian dinas pagi atau pada saat bertugas.
2. Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet
3. Mengadakan pre/post konferens dengan perawat asosiet.
4. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemerikasaan laboratorium.
5. Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib RS dan ruangan, tenaga perawat dan dokter yang merawat dan administrasi.
6. Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan resume keperawatan klien.
7. Melakukan diskusi keperawatan kepada perawat asosiet
8. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat laporan
9. Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan kompetensi kompleks.
10. Membuat perencanaan pulang .
11. Memeriksa /mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah dibuat PA.
12. Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.
13. Menyiapkan pelaksanaan asuhan keperawatan.
14. Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang ada.
15. Menciptakan kerja sama yang harmonis.
16. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti visit/ ronde medik.
17. Mengikuti ronde keperawatan.
18. Mengikuti kegiatan ilmiah.
19. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

3. PERAN PERAWAT ASOSIET.
1. Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat primer, sore dan malam.
2. Mengikuti pre/post conference dengan perawat primer.
3. Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada di tempat.
4. Melaksanakan rencana keperawatan.
5. Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat primer tidak ada di tempat.
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi keperawatan yang ada di ruangan.
8. Menyiapkan klien untuk pemeriksan dioagnostik/laboratorium, pengobatan dan tindakan.
9. Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien/keluarga dengan kalimat yang mudah dimengerti, bersifat sopan dan ramah.
10. Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga.
11. Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.
12. Menyimpan, memelihara peralatan yang diperlukan sehingga siap pakai.
13. Melakukan dinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh kepala ruangan.
14. Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP
15. Menggantikan peran/tugas PP yang lain jika PP tidak ada
16. Mengidentifikasi dan mencatat tingkat ketergantungan klien setiap tugas shif.
17. Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.

4. TUGAS PEMBANTU PERAWAT ( POS).
1. Membersihkan meja.
2. Menyedikan alat.
3. Membersihkan alat-alat yang digunakan
4. Mengantar klien konsul
5. Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien.
6. Menyiapkan makan dan minum.
7. Membantu klien ke kamar mandi
8. Membantu klien BAB/BAK
9. Membantu mengganti alat tenun


(Tambahan sebagai bahan perbandingan)

METODE TIM
Peran Kepala Ruang.
1. Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
1. Menunjuk ka Tim
2. Mengikuti serah terima klien
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6. Merencanakan logistik ruangan/failitas ruangan
7. Melakukan pendokumentasian


2. Implementasi :
Fungsi pengorganisasian
1. Merumuskan sistem penugasan
2. Menjelaskan rincian tugas ketua Tim
3. Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
4. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan di ruang rawat
5. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan
6. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim

Fungsi pengarahan:
1. Mmebrikan pengarahan kepada ketua Tim
2. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap anggota Tim
3. Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
4. Membimbing bawahan
5. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
6. Melakukan supervisi
7. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep di ruangan
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

3. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
1. Mengevaluasi kinerja katim
2. Memberikan umpan balik pada kinerja katim
3. Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
4. Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
5. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Peran Ketua Tim.
1 Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
2. Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
1. Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
2. Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan
4. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
5. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
6. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
7. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

3. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
1. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
2. Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
3. Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
4. Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim kesehatan lain
5. Mengatur waktu istirahat anggota tim
6. Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan:
1. Memberikan pengarahan kepada anggota tim
2. Memberikan bimbingan pada anggota tim
3. Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
4. Mengawasi proses pemberian askep
5. Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
6. Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4. Evaluasi:
Fungsi pengendalian:
1. Mengevaluasi asuhan keperawatan
2. Memberikan umpan balik pada pelaksana
3. Memperhatikan aspek legal dan etik
4. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

Peran Perawat Pelaksana.
1. Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan suhan keperawatan.
1.Perencanaan:
1. Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
2. Menerima pembagian tugas dari katim
3. Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
4. Mengikuti ronde keperawatan
5. Menerima klien baru

2. Implementasi
1. Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
2. Menerima pembagian tugas
3. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
4. Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
5. Menyesuikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
6. Melaksanakan asuhan keperawatan
7. Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan
8. Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
9. Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep dengan etik dan legal
10. Memahami hasil yang telah dicapai
11. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian

3. Evaluasi
Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.