Jumat, 12 Oktober 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG KONTROL INFEKSI TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG




The Relationship of  Nurse Knowledge and Attitudes about Infection Control
toward Nosocomial Infection Prevention in Sultan Agung Islamic Hospital Semarang

Sukardjo,SKM,M.Kes, Rita Kartika Sari,SKM,M.Kes,
Moh Abdul Rouf ,S.Kep,Ners,Devi Anggita Sari
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

 ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Sampai saat ini, infeksi nosokomial masih merupakan problem serius yang dihadapi oleh setiap rumah sakit. Data yang diperoleh dari tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tentang infeksi nosokomial pada bulan Januari–November 2011 didapatkan jumlah kasus flebitis 365 pasien, infeksi saluran kemih 3 pasien, infeksi luka operasi 6 pasien, dan yang menderita dekubitus 19 pasien.
Tujuan Penelitian: Untuk menganalisa hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan angket observasi. Jumlah sampel 148 responden dari jumlah populasi 235 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Pengambilan sampel dengan teknik proportional stratified random sampling. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan SPSS menggunakan uji regresi berganda.
Hasil: Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang  (p > 0,05, dimana p = 0,308). Ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang  (p < 0,05, dimana p = 0,019).
Simpulan: Perawat dengan pengetahuan kontrol infeksi yang baik belum tentu perilaku pencegahan infeksi nosokomialnya baik begitu juga sebaliknya. Perawat yang memiliki sikap positif tentang kontrol infeksi, maka akan diikuti pula dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial yang baik.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap, infeksi nosokomial
Daftar Pustaka: 27  (1998-2011)









ABSTRACT
Background: Nosocomial infection are infection caused by the transmission of pathogenic organisms to patients from the hospital environment. Until recently, nosocomial infection remains a serious problem faced by every hospital. Data obtained from the Infection Prevention and Control Team Sultan Agung Islamic Hospital Semarang of nosocomial infection in January-November 2011 found the incidence of phlebitis 365 patients, 3 patients urinary tract infection, surgical wound infection 6 patients, and 19 patients suffering from pressure sores.
Research Objectives: To analyze the relationship of nurses knowledge and attitudes about infection control toward nosocomial infection prevention in Sultan Agung Islamic Hospital.
Methods: This study is a type of quantitative research with cross sectional design. Data was collected through questionnaires and observation questionnaire. Number of sample 148 respondents from number of population 235 nurses are working in Sultan Agung Islamic Hospital Semarang. Sample was taken of proportional stratified random sampling technique. The data obtained were processed statistically with SPSS using multiple regression test.
Results: There is no relationship of nurses knowledge and attitude about infection control toward nosocomial infection prevention in Sultan Agung Islamic Hospital (p > 0.05, where p = 0.308). There is relationship of nurses knowledge and attitude about infection control toward nosocomial infection prevention in Sultan Agung Islamic Hospital (p < 0.05, where p = 0.019).
Conclusion: Nurses with the knowledge of good infection control is not necessarily good their nosocomial infection prevention behavior and on the contrary likewise. Nurses who have a positive attitude about infection control, it will be followed by the behavior of a good prevention of nosocomial infection.

Key words: knowledge, attitudes, nosocomial infection
Bibliographies: 27 (1998-2011)

PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang didapatkan waktu pasien dirawat di rumah sakit (Yenni, 2003), yang merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit, tidak hanya menyebabkan kerugian sosial ekonomi, tetapi juga meningkatkan angka mortalitas pasien, serta mengakibatkan penderita lebih lama di rumah sakit.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu mengatakan data infeksi nosokomial tahun 2011 terus meningkat dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika. Bahkan di negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika, infeksi nosokomial mengalami peningkatan lebih dari 40%. Sedangkan di Indonesia data presentase infeksi nosokomial tahun 2011 belum dapat diketahui (Dimyati, 2011, http://www.jurnas.com, diunduh 14 Maret 2012). Dalam acara seminar Nasional “Global Patients Safety Challange: Clean care is safer care” di Hotel Shangri-la, Minggu, (8/11/2009). Didier Pittet (ketua program WHO First Global Patient Safety Challange) mengatakan bahwa infeksi nosokomial biasanya mengalami peningkatan 2-10 kali lipat di beberapa negara berkembang. (Farah, 2009, http://www.detikhealth.com, diunduh 08 Desember 2011).
Hasil penelitian SENIC (Study Of Nosokomial  Infection Control), ditemukan bahwa kira-kira sepertiga dari semua infeksi nosokomial dapat dicegah dengan melakukan program kontrol infeksi secara efektif (Joanne C, 1998). Upaya pengendalian untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan melakukan kegiatan cuci tangan, pemakaian sarung tangan, prinsip aseptik, dan juga dengan pemakaian alat pelindung diri guna mencegah kontak dengan darah maupun cairan infeksius dan juga penatalaksanaan limbah atau sanitasi ruangan.
Perawat sebagai praktisi yang dihasilkan dari pendidikan tinggi harus mampu mengetahui, mengerti, dan memahami terhadap ketrampilan perawatan profesional yang antara lain adalah kontrol infeksi. Adapun wujud dari kontrol infeksi adalah memantau dan mencegah penularan infeksi, membantu melindungi pasien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit.
Pernyataan di atas sesuai dengan visi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu menjadi rumah sakit terkemuka dalam pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan. Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah rumah sakit tipe B yang telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang meliputi 16 bidang, yaitu: Administrasi Medis, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, Pelayanan Peristi, Pelayanan Infeksi Nosokomial, Pelayanan Gizi, K3, Pelayanan Kamar Operasi, Radiologi, Pelayanan Darah, Rehabilitasi Medik, Keperawatan dan Laboratorium. Sekarang ini Rumah Sakit Islam Sultan Agung juga sebagai Teaching Hospital yaitu sebuah konsep yang mengarahkan Rumah Sakit Islam Sultan Agung untuk menjadi  pusat pendidikan.
Rumah Sakit Islam Sultan Agung menggalakan budaya hidup bersih dan mengurangi infeksi silang dengan cuci tangan yang di galakan oleh bagian PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang sudah dicanangkan pada bulan Agustus 2008. Dalam melakukan perawatan, banyak tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien untuk membantu diagnosa maupun terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dari petugas kesehatan, kateter iv, kateter urin, dan cara yang keliru dalam menangani luka.
Data yang diperoleh dari tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Islam Sultan Agung tentang infeksi nosokomial pada bulan Januari-November 2011 didapatkan  jumlah kasus flebitis 365 pasien, dimana perawat sudah melaksanakan kebijakan rumah sakit yaitu dengan mengganti infus pasien selama 4 hari sekali. Flebitis ini bisa disebabkan oleh faktor usia pasien, agent infeksius, dan faktor kimia (jenis obat atau cairan yang masuk melalui selang infus). Infeksi saluran kemih 3 pasien, dimana perawat juga sudah mengganti kateter pasien selama 4 hari sekali, ISK bisa juga disebabkan karena pasien kurang menjaga kebersihan vital. Infeksi luka operasi 6 pasien, perawat sudah mengganti balut sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Pasien yang menderita dekubitus sebanyak 19 orang, pasien yang menderita dekubitus tidak hanya didapat saat dirawat, tetapi memang sudah menderita dekubitus saat masih di rumah terutama pada pasien stroke. Perawat sudah melakukan ganti sprei setiap hari, dan melakukan perawatan dekubitus pada pasien.
Berdasarkan fenomena di atas dan mengingat perawat adalah petugas kesehatan yang selalu berinteraksi dengan pasien, serta memiliki peran dalam upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif yang berupa pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2003). Rancangan pada penelitian ini yaitu cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada saat itu   (Notoatmodjo, 2005). Sehingga diperoleh efek suatu fenomena (variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (variabel independent) yaitu mencari hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial.
Responden dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang sebagai pegawai tetap, calon karyawan, kontrak,  pendidikan minimal DIII keperawatan, dan bukan perawat yang menjabat struktural. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012 dengan jumlah responden 148 orang.
Data karakteristik responden yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status pegawai dan apakah pernah mengikuti pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial.
Instrumen pengukuran variabel pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi menggunakan 16 pertanyaan multiple choice, jawaban “benar” skor 5, bila “salah” skor 0. Nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah 0, dengan kategori “baik”, bila nilai 54-80, “sedang” bila nilai 27-53, “kurang” bila nilai 0-26 (Sudjono, 2002).
Instrumen pengukuran variabel sikap perawat tentang kontrol infeksi menggunakan pertanyaan 12 item dengan  skala likert dengan pernyataan forable yaitu : “sangat setuju” skor 5, “setuju” skor 4, “tidak tentu” skor 3, “tidak setuju” skor 2 dan “sangat tidak setuju” skor 1 dan pernyataan unforable yaitu: “sangat tidak setuju” skor 5, “tidak setuju” skor 4, “tidak tentu” skor 3, “setuju” skor 2, “sangat setuju” skor 1. Nilai tertinggi adalah 60 dan nilai terendah adalah 12 dengan kategori “positif” bila skor 37-60 , “negatif” bila skor 12-36 (Sunaryo, 2004).
Pengumpulan data pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat dengan menggunakan angket observasi berisi 20 pertanyaan, bila dilakukan oleh perawat maka jawaban “ya” nilai 1 dan bila tidak dilakukan oleh perawat maka jawaban “tidak” nilai 0. Nilai tertinggi adalah 20 dan nilai terendah adalah 0, dengan kategori “baik” bila skor 14-20, “sedang” bila skor 7-13, dan “kurang” bila skor 0-6.
Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Pengujian korelasi antar variabel menggunakan uji regresi berganda, jika p > 0,05 maka maka Ho diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, dan jika p < 0,05 maka ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Sarosa, 2011) .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 148 responden dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 118 responden (79,7%), dan laki-laki 30 responden (20,3%). Jumlah perawat perempuan lebih banyak dari laki-laki, karena proporsi perempuan dalam bangku pendidikan keperawatan juga lebih banyak dari laki-laki. Menurut Bady  (2007), output perawat yang dihasilkan perguruan tinggi yang rata-rata lebih banyak perempuan dari pada laki-laki.
Hasil karakteristik usia didapatkan frekuensi terbesar pada rentang usia 21-30 tahun 124 responden (83,8%), rentang usia 31-40 tahun 21 responden (14,2%), dan rentang usia 41-50 tahun 3 responden (2,0%). Menurut Kusmiati (1997) bahwa usia akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka intelektual seseorang akan bertambah. Teori tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh.
Frekuensi pendidikan terbesar pada jenjang pendidikan DIII keperawatan 131 responden (88,5%), jenjang pendidikan S1 keperawatan 9 responden (6,1%), dan jenjang pendidikan Ners 8 responden (5,4%). Latar belakang pendidikan yang dimiliki perawat mungkin dapat dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan bagi seorang perawat, karena pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah tingkat pendidikan (Notoatmodjo, 2007).
Pada status pegawai frekuensi terbesar adalah pada status pegawai tetap 106 responden (71,62%), status pegawai kontrak 27 responden (18,24%), dan status pegawai calon karyawan 15 responden (10,14%). Perawat pegawai tetap rata-rata memiliki masa kerja lebih dari 2 tahun. Seseorang yang memiliki masa kerja yang sudah cukup lama akan lebih berpengalaman dan dengan pengalaman tersebut maka seseorang akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa pengalaman seseorang merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian tentang pelatihan didapatkan data masih banyak perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial yaitu 92 responden (62,2%), dan yang pernah mengikuti pelatihan 56 responden (37,8%). Seseorang yang mempunyai dasar pendidikan yang baik dan juga didukung pelatihan yang sesuai dengan kompetensinya maka ada kecenderungan mempunyai sikap dan perilaku yang juga lebih baik. Menurut Bady (2007), dimana pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan ketrampilan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.

B.  Pengetahuan Perawat tentang Kontrol Infeksi
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Pengetahuan Perawat
Frekuensi
Prosentase
Baik
107
72,3%
Sedang
41
27,7%
Total
148
100,0%

Data tabel 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung, frekuensi terbanyak pada pengetahuan baik dengan jumlah 107 responden (72,3%), dan responden dengan pengetahuan sedang dengan jumlah 41 responden (27,7%).
Hal ini menunjukan bahwa perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang merupakan perawat yang telah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam pengetahuan bidang keperawatan terutama tentang kontrol infeksi. Sehingga, dengan jumlah mayoritas perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang kontrol infeksi diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian kasus infeksi nosokomial, karena menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi terhadap kualitas kesehatan.

C.  Sikap Perawat tentang Kontrol Infeksi
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi sikap perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Sikap Perawat
Frekuensi
Prosentase
Negatif
2
1,4%
Positif
146
98,6%
Total
148
100,0%

Data tabel 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi sikap perawat tentang kontrol infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi sikap perawat positif sebanyak 146 responden (98,6%), dan jumlah responden dengan sikap negatif  2 responden (1,4%).
Menurut Saifuddin (2007) sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek. Sikap mengandung motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu tetapi juga menentukan apakah perawat harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa yang harus dihindari terutama dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jadi, banyaknya perawat yang memiliki sikap positif tentang kontrol infeksi ini perlu dikembangkan, karena sikap positif ini akan berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui pengamatan dan penilaian model peran sikap yang baik, sehingga sikap positif yang diterapkan akan memberikan manfaat untuk klien yaitu mempercepat kesembuhan dan mengurangi biaya perawatan klien.

D.  Pencegahan Infeksi Nosokomial oleh Perawat
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Frekuensi
Prosentase
Baik
130
87,8%
Sedang
18
12,2%
Total
148
100,0%

Data tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh perawat yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi pencegahan infeksi nosokomial baik sebanyak 130 responden  (87,8%), dan frekuensi pencegahan infeksi nosokomial sedang dengan jumlah 18 responden (12,2%).
Jadi, jumlah mayoritas ada pada perawat yang memiliki perilaku pencegahan infeksi nosokomial baik. Data tersebut sesuai dengan data banyaknya perawat yang memiliki sikap positif tentang kontrol infeksi. Jadi, dari sikap yang positif akan terbentuk perilaku yang baik, sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku yang baik merupakan perwujudan dari sikap yang positif.



E.  Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Kontrol Infeksi terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Variabel
Frekuensi
Prosentase
Pengetahuan Perawat
Sikap Perawat
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Baik
Positif
Baik
94
63,5%
Baik
Positif
Sedang
12
8,1%
Baik
Negatif
Sedang
1
0,7%
Sedang
Positif
Baik
36
24,3%
Sedang
Positif
Sedang
4
2,7%
Sedang
Negatif
Sedang
1
0,7%
Total
148
100%

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan data tentang pengetahuan perawat baik dan sikap positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial baik berjumlah 94 responden (63,5%), pengetahuan perawat sedang dan sikap positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial baik berjumlah 36 responden (24,3%), pengetahuan perawat baik dan sikap positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 12 responden (8,1%), pengetahuan perawat sedang dan sikap positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 4 responden (2,7%), pengetahuan perawat baik dan sikap negatif terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 1 responden (0,7%), dan pengetahuan perawat sedang dan sikap negatif terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 1 responden (0,7%).
Seorang perawat adalah petugas kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, jadi perawat mempunyai peran penting terhadap pencegahan infeksi yang ada di rumah sakit. Pery dan Poter (2005), menyatakan bahwa salah satu yang harus dikuasai perawat sehubungan dengan ketrampilan seorang perawat profesional yaitu kontrol infeksi (pengendalian infeksi) yang berfungsi untuk melindungi diri perawat sendiri dan pasien terhadap paparan agen-agen infeksius selama pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Setelah dilakukan analisa multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5  Correlations

Pencegahan infeksi nosokomial
Pengetahuan perawat
Sikap perawat

Pearson Correlation
Pencegahan infeksi nosokomial

Pengetahuan perawat

Sikap perawat
1,000



-,042


,171
-,042



1,000


,073
,171



,073


1,000
Sig. (1-tailed)
Pencegahan infeksi nosokomial

Pengetahuan perawat

Sikap perawat
.



,308


,019
,308



.


,189
,019



,189


.
N
Pencegahan infeksi nosokomial

Pengetahuan perawat

Sikap perawat
148



148


148
148



148


148
148



148


148

Data dari tabel 4.5 bahwa hasil uji statistik dengan uji regresi berganda didapatkan nilai p = 0,308 pada pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial. Karena nilai p > 0,05 yang mempunyai arti Ho diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Hasil uji yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan perawat terhadap pencegahan infeksi nosokomial, dikarenakan disamping dari pengetahuan perawat, proses kontrol infeksi banyak dipengaruhi juga oleh kebiasaan pasien, lingkungan, dan keluarga. Sehingga dalam proses pencegahan infeksi, perawat tidak dapat dijadikan satu-satunya parameter, karena pengetahuan pasien tentang infeksi, kebiasaan pasien dan keluarga di ruangan, serta faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi tingkat kejadian infeksi nosokomial  (Susilowati, 2009).
Sedangkan nilai p pada sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial sebesar 0,019. Karena nilai p < 0,05 yang mempunyai arti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima berati ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Perawat yang memiliki sikap yang positif tentang kontrol infeksi mempunyai kecenderungan untuk melaksanakan  pencegahan infeksi nosokomial yang baik pula (Fathoni, 2009). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pencegahan infeksi nosokomial yang baik lebih banyak ditunjukkan pada perawat yang mempunyai sikap positif tentang kontrol infeksi yaitu dengan jumlah 130 responden dari jumlah sampel 148 responden.

KESIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1.    Pengetahuan perawat mengenai kontrol infeksi dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang frekuensi terbanyak pada pengetahuan baik sebesar 72,3%.
2.    Sikap perawat mengenai kontrol infeksi dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi terbanyak pada kategori sikap positif sebesar 98,6%.
3.    Prosedur pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh kejadian perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi terbanyak pada kategori baik sebesar 87,8%.
4.    a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, karena memiliki nilai p = 0,308 yang berarti p > 0,05.
b. Ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, karena memiliki nilai p = 0,019 yang berati p < 0,05.
       
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penelitian Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Bady, Marwoto Agus. (2007). Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito. Yogyakarta. http://irc-kmpk.ugm.ac.id. Diunduh 14 Juni 2012.
Dimyati, Vien. (2011). Infeksi Rumah Sakit Ancam Kematian Pasien. http://www.jurnas.com/halaman/9/2011-11-08/188268. Diunduh 14 Maret 2012.
Effendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Farah, Vera B. (2009). Ancaman Infeksi di Rumah Sakit. http://www.detikhealth.com/read/2009/11/09/101700/1237864/775. Diunduh 08 Desember 2011.
Fathoni, Ahmad. (2009). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Perawat Mengenai Kontrol Infeksi dengan Standart Operating Procedur Pencegahan Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Tidak Dipublikasikan.
Habni, Yulia. (2009). Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. http://www.inos.com/2009. Diunduh 15 Januari 2012.
Joanne C, La Rocca, Shieley e Otto. (1998). Pedoman Praktis Terapi Intravena.EGC, Edisi 2, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
                          . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
                          . (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Susilowati, Ovie. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Kontrol Infeksi terhadap Prosedur Pencegahan Flebitis di RS Islam Sultan Agung Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Perry, Patricia & Pooter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. (2007). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarosa, H., Endang. (2011). Biostatik. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Schaffer, G. (2000). Seri Pedoman Praktis Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Scharwtz. (2000). Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjono. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Suyanto, Halimatul M., Furaida K. (2011). Buku Panduan Penulisan dan Bimbingan Skripsi. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Swearingen. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tietjen, L., Debora B., Noel M. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yenni, S. (2003). Hubungan Antara Lamanya Pemasangan Infus dengan Tingkat Keparahan Flebitis di Ruang Rawat Inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Tidak dipublikasikan.


3 komentar:

  1. Ass, pak saya dari fkm uad jogja..
    kebetulan penelitian sya tentg inos juga, boleh kah saya adopsi kuesioner dari bapak.. ??
    mohon diblas di email saya, tsuryati873@gmail.com
    terimaksaih sblumnya pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah adobsi kuisioner nya udh dkirim??kbetulan saya juga ttg inos,, boleh gk saya adopsi jg kuisionernya?? bs send email ichal.management@yahoo.co.id

      Hapus
  2. Pak apakah saya juga bisa mengadopsi kuisionernya? mohon bisa share ke email stevina.army@gmail.com

    BalasHapus