The Relationship of Nurse Knowledge and Attitudes about Infection
Control
toward Nosocomial Infection
Prevention in Sultan Agung Islamic Hospital Semarang
Sukardjo,SKM,M.Kes, Rita Kartika Sari,SKM,M.Kes,
Moh Abdul Rouf ,S.Kep,Ners,Devi Anggita Sari
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi
nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang
berasal dari lingkungan rumah sakit. Sampai saat ini, infeksi nosokomial masih
merupakan problem serius yang dihadapi oleh setiap rumah sakit. Data yang
diperoleh dari tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang tentang infeksi nosokomial pada bulan Januari–November 2011
didapatkan jumlah kasus flebitis 365 pasien, infeksi saluran kemih 3 pasien,
infeksi luka operasi 6 pasien, dan yang menderita dekubitus 19 pasien.
Tujuan
Penelitian:
Untuk menganalisa hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol
infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang.
Metode: Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan
angket observasi. Jumlah sampel 148 responden dari jumlah populasi 235 perawat
yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Pengambilan sampel
dengan teknik proportional stratified
random sampling. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan SPSS
menggunakan uji regresi berganda.
Hasil: Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang (p > 0,05, dimana p = 0,308).
Ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan
infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, dimana p = 0,019).
Simpulan: Perawat dengan pengetahuan kontrol infeksi yang baik belum tentu
perilaku pencegahan infeksi nosokomialnya baik begitu juga sebaliknya. Perawat
yang memiliki sikap positif tentang kontrol infeksi, maka akan diikuti pula
dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial yang baik.
Kata Kunci: pengetahuan,
sikap, infeksi nosokomial
Daftar Pustaka: 27 (1998-2011)
ABSTRACT
Background: Nosocomial infection are infection
caused by the transmission of pathogenic organisms to patients from the
hospital environment. Until recently, nosocomial infection remains a serious
problem faced by every hospital. Data obtained from the Infection Prevention
and Control Team Sultan Agung Islamic Hospital Semarang of nosocomial infection
in January-November 2011 found the incidence of phlebitis 365 patients, 3 patients
urinary tract infection, surgical wound infection 6 patients, and 19 patients
suffering from pressure sores.
Research Objectives: To analyze the relationship of
nurses knowledge and attitudes about infection control toward nosocomial
infection prevention in Sultan Agung Islamic Hospital.
Methods: This study is a type of
quantitative research with cross sectional design. Data was collected through
questionnaires and observation questionnaire. Number of sample 148 respondents
from number of population 235 nurses are working in Sultan Agung Islamic
Hospital Semarang. Sample was taken of proportional stratified random sampling
technique. The data obtained were processed statistically with SPSS using
multiple regression test.
Results: There is no relationship of nurses
knowledge and attitude about infection control toward nosocomial infection
prevention in Sultan Agung Islamic Hospital (p > 0.05, where p = 0.308).
There is relationship of nurses knowledge and attitude about infection control
toward nosocomial infection prevention in Sultan Agung Islamic Hospital (p <
0.05, where p = 0.019).
Conclusion: Nurses with the knowledge of good
infection control is not necessarily good their nosocomial infection prevention
behavior and on the contrary likewise. Nurses who have a positive attitude
about infection control, it will be followed by the behavior of a good prevention
of nosocomial infection.
Key words: knowledge, attitudes, nosocomial infection
Bibliographies: 27 (1998-2011)
PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang
didapatkan waktu pasien dirawat di rumah sakit (Yenni, 2003) ,
yang merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit, tidak hanya menyebabkan
kerugian sosial ekonomi, tetapi juga meningkatkan angka mortalitas pasien,
serta mengakibatkan penderita lebih lama di rumah sakit.
Menteri
Kesehatan Endang Rahayu mengatakan data infeksi nosokomial tahun 2011 terus meningkat
dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika. Bahkan di negara Asia, Amerika
Latin, dan Afrika, infeksi nosokomial mengalami peningkatan lebih dari 40%.
Sedangkan di Indonesia data presentase infeksi nosokomial tahun 2011 belum
dapat diketahui (Dimyati, 2011, http://www.jurnas.com, diunduh 14
Maret 2012). Dalam acara seminar Nasional “Global
Patients Safety Challange: Clean care is safer care” di Hotel Shangri-la,
Minggu, (8/11/2009). Didier Pittet (ketua program WHO First Global Patient Safety Challange) mengatakan bahwa infeksi
nosokomial biasanya mengalami peningkatan 2-10 kali lipat di beberapa negara
berkembang. (Farah, 2009, http://www.detikhealth.com, diunduh 08 Desember 2011).
Hasil penelitian SENIC (Study Of Nosokomial Infection Control), ditemukan bahwa
kira-kira sepertiga dari semua infeksi nosokomial dapat dicegah dengan
melakukan program kontrol infeksi secara efektif (Joanne C, 1998) . Upaya pengendalian untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan melakukan kegiatan cuci tangan,
pemakaian sarung tangan, prinsip aseptik, dan juga dengan pemakaian alat
pelindung diri guna mencegah kontak dengan darah maupun cairan infeksius dan
juga penatalaksanaan limbah atau sanitasi ruangan.
Perawat sebagai praktisi yang dihasilkan
dari pendidikan tinggi harus mampu mengetahui, mengerti, dan memahami terhadap
ketrampilan perawatan profesional yang antara lain adalah kontrol infeksi.
Adapun wujud dari kontrol infeksi adalah memantau dan mencegah penularan infeksi,
membantu melindungi pasien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit.
Pernyataan di atas sesuai dengan visi
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu menjadi rumah sakit terkemuka
dalam pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan. Rumah Sakit Islam Sultan
Agung adalah rumah sakit tipe B yang telah memenuhi standar pelayanan rumah
sakit yang meliputi 16 bidang, yaitu:
Administrasi Medis, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, Pelayanan Peristi, Pelayanan Infeksi
Nosokomial, Pelayanan Gizi, K3, Pelayanan Kamar Operasi, Radiologi, Pelayanan
Darah, Rehabilitasi Medik, Keperawatan dan Laboratorium. Sekarang ini Rumah
Sakit Islam Sultan Agung juga sebagai Teaching
Hospital yaitu sebuah konsep yang mengarahkan Rumah Sakit Islam Sultan
Agung untuk menjadi pusat pendidikan.
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
menggalakan budaya hidup bersih dan mengurangi infeksi silang dengan cuci
tangan yang di galakan oleh bagian PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
yang sudah dicanangkan pada bulan Agustus 2008. Dalam melakukan perawatan,
banyak tindakan yang dilakukan perawat kepada pasien untuk membantu diagnosa
maupun terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi
nosokomial. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dari
petugas kesehatan, kateter iv, kateter urin, dan cara yang keliru dalam
menangani luka.
Data yang diperoleh dari tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Islam Sultan Agung tentang infeksi
nosokomial pada bulan Januari-November 2011 didapatkan jumlah kasus flebitis 365 pasien, dimana
perawat sudah melaksanakan kebijakan rumah sakit yaitu dengan mengganti infus
pasien selama 4 hari sekali. Flebitis ini bisa disebabkan oleh faktor usia
pasien, agent infeksius, dan faktor
kimia (jenis obat atau cairan yang masuk melalui selang infus). Infeksi saluran
kemih 3 pasien, dimana perawat juga sudah mengganti kateter pasien selama 4
hari sekali, ISK bisa juga disebabkan karena pasien kurang menjaga kebersihan
vital. Infeksi luka operasi 6 pasien, perawat sudah mengganti balut sesuai
dengan jadwal yang ditentukan. Pasien yang menderita dekubitus sebanyak 19 orang,
pasien yang menderita dekubitus tidak hanya didapat saat dirawat, tetapi memang
sudah menderita dekubitus saat masih di rumah terutama pada pasien stroke.
Perawat sudah melakukan ganti sprei setiap hari, dan melakukan perawatan dekubitus
pada pasien.
Berdasarkan fenomena di atas dan
mengingat perawat adalah petugas kesehatan yang selalu berinteraksi dengan
pasien, serta memiliki peran dalam upaya pencegahan terjadinya infeksi
nosokomial. Maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap
pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
METODOLOGI
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kuantitatif yang berupa pendekatan deskriptif
yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2003) . Rancangan pada
penelitian ini yaitu cross sectional adalah
jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada saat itu
(Notoatmodjo, 2005). Sehingga diperoleh efek suatu fenomena (variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab
(variabel independent) yaitu mencari
hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap
pencegahan infeksi nosokomial.
Responden dalam
penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang sebagai pegawai tetap, calon karyawan, kontrak, pendidikan minimal DIII keperawatan, dan bukan
perawat yang menjabat struktural. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April-Mei 2012 dengan jumlah responden 148 orang.
Data
karakteristik responden yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, status pegawai dan apakah pernah mengikuti pelatihan tentang
pencegahan infeksi nosokomial.
Instrumen pengukuran variabel
pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi menggunakan 16 pertanyaan multiple choice,
jawaban “benar” skor 5, bila “salah” skor 0. Nilai tertinggi adalah 80 dan
nilai terendah 0, dengan kategori “baik”, bila nilai 54-80, “sedang” bila nilai
27-53, “kurang” bila nilai 0-26 (Sudjono, 2002).
Instrumen pengukuran variabel sikap
perawat tentang kontrol infeksi menggunakan pertanyaan
12 item dengan skala likert dengan pernyataan
forable yaitu : “sangat setuju” skor 5, “setuju” skor 4, “tidak tentu” skor 3,
“tidak setuju” skor 2 dan “sangat tidak setuju” skor 1 dan pernyataan unforable
yaitu: “sangat tidak setuju” skor 5, “tidak setuju” skor 4, “tidak tentu” skor 3,
“setuju” skor 2, “sangat setuju” skor 1. Nilai tertinggi adalah 60 dan nilai
terendah adalah 12 dengan kategori “positif” bila skor 37-60 , “negatif”
bila skor 12-36 (Sunaryo, 2004).
Pengumpulan data pencegahan infeksi nosokomial
oleh perawat dengan menggunakan angket observasi berisi 20 pertanyaan, bila dilakukan oleh perawat maka jawaban “ya” nilai 1 dan
bila tidak dilakukan oleh perawat maka jawaban “tidak” nilai 0. Nilai tertinggi
adalah 20 dan nilai terendah adalah 0, dengan kategori “baik” bila skor 14-20,
“sedang” bila skor 7-13, dan “kurang” bila skor 0-6.
Pengolahan data dan analisis
dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Pengujian korelasi antar variabel menggunakan
uji regresi berganda, jika p > 0,05 maka maka Ho diterima dan H1 ditolak
berarti tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol
infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang, dan jika p < 0,05 maka ada hubungan pengetahuan dan sikap
perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Sarosa, 2011) .
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 148 responden dengan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan 118 responden (79,7%), dan laki-laki 30 responden
(20,3%). Jumlah perawat perempuan lebih banyak dari laki-laki, karena proporsi
perempuan dalam bangku pendidikan keperawatan juga lebih banyak dari laki-laki.
Menurut Bady (2007), output perawat yang dihasilkan perguruan
tinggi yang rata-rata lebih banyak perempuan dari pada laki-laki.
Hasil karakteristik usia didapatkan frekuensi terbesar pada
rentang usia 21-30 tahun 124 responden (83,8%), rentang usia 31-40 tahun 21
responden (14,2%), dan rentang usia 41-50 tahun 3 responden (2,0%). Menurut
Kusmiati (1997) bahwa usia akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka intelektual
seseorang akan bertambah. Teori tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tua
usia seseorang maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh.
Frekuensi pendidikan terbesar pada jenjang pendidikan DIII
keperawatan 131 responden (88,5%), jenjang pendidikan S1 keperawatan 9
responden (6,1%), dan jenjang pendidikan Ners 8 responden (5,4%). Latar
belakang pendidikan yang dimiliki perawat mungkin dapat dijadikan sebagai
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan bagi seorang perawat, karena
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah
tingkat pendidikan (Notoatmodjo, 2007).
Pada status pegawai frekuensi terbesar adalah pada status pegawai
tetap 106 responden (71,62%), status pegawai kontrak 27 responden (18,24%), dan
status pegawai calon karyawan 15 responden (10,14%). Perawat pegawai tetap
rata-rata memiliki masa kerja lebih dari 2 tahun. Seseorang
yang memiliki masa kerja yang sudah cukup lama akan lebih berpengalaman dan
dengan pengalaman tersebut maka seseorang akan cenderung memiliki pengetahuan
yang lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007)
bahwa pengalaman seseorang merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian tentang pelatihan didapatkan data masih banyak perawat
yang belum pernah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial yaitu 92
responden (62,2%), dan yang pernah mengikuti pelatihan 56 responden (37,8%). Seseorang
yang mempunyai dasar pendidikan yang baik dan juga didukung pelatihan yang
sesuai dengan kompetensinya maka ada kecenderungan mempunyai sikap dan perilaku
yang juga lebih baik. Menurut Bady (2007), dimana
pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan
ketrampilan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.
B. Pengetahuan Perawat tentang Kontrol
Infeksi
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi pengetahuan
perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang
Pengetahuan Perawat
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Baik
|
107
|
72,3%
|
Sedang
|
41
|
27,7%
|
Total
|
148
|
100,0%
|
Data tabel 4.1 menunjukkan distribusi
frekuensi pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung, frekuensi terbanyak pada pengetahuan baik
dengan jumlah 107 responden (72,3%), dan responden dengan pengetahuan sedang dengan
jumlah 41 responden (27,7%).
Hal
ini menunjukan bahwa perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang merupakan perawat yang telah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
pengetahuan bidang keperawatan terutama tentang kontrol infeksi. Sehingga,
dengan jumlah mayoritas perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang kontrol
infeksi diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian kasus infeksi
nosokomial, karena menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi terhadap kualitas kesehatan.
C. Sikap Perawat tentang Kontrol Infeksi
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi
sikap perawat tentang kontrol infeksi yang menjadi responden di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang
Sikap Perawat
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Negatif
|
2
|
1,4%
|
Positif
|
146
|
98,6%
|
Total
|
148
|
100,0%
|
Data tabel 4.2 menunjukkan distribusi
frekuensi sikap perawat tentang kontrol infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang, frekuensi sikap perawat positif sebanyak 146 responden (98,6%),
dan jumlah responden dengan sikap negatif
2 responden (1,4%).
Menurut Saifuddin (2007)
sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
suatu objek. Sikap mengandung motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu
tetapi juga menentukan apakah perawat harus pro dan kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa yang harus
dihindari terutama dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jadi, banyaknya perawat
yang memiliki sikap positif tentang kontrol infeksi ini perlu dikembangkan,
karena sikap positif ini akan berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih
baik melalui pengamatan dan penilaian model peran sikap yang baik, sehingga
sikap positif yang diterapkan akan memberikan manfaat untuk klien yaitu
mempercepat kesembuhan dan mengurangi biaya perawatan klien.
D. Pencegahan Infeksi Nosokomial oleh
Perawat
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi pencegahan infeksi
nosokomial oleh perawat yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang
Pencegahan Infeksi Nosokomial
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Baik
|
130
|
87,8%
|
Sedang
|
18
|
12,2%
|
Total
|
148
|
100,0%
|
Data
tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi pencegahan infeksi nosokomial yang
dilakukan oleh perawat yang menjadi responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang, frekuensi pencegahan infeksi nosokomial baik sebanyak 130 responden (87,8%), dan frekuensi pencegahan infeksi
nosokomial sedang dengan jumlah 18 responden (12,2%).
Jadi,
jumlah mayoritas ada pada perawat yang memiliki perilaku pencegahan infeksi
nosokomial baik. Data tersebut sesuai dengan data banyaknya perawat yang memiliki
sikap positif tentang kontrol infeksi. Jadi, dari sikap yang positif akan
terbentuk perilaku yang baik, sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003),
bahwa perilaku yang baik merupakan perwujudan dari sikap yang positif.
E. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang
Kontrol Infeksi terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi hubungan pengetahuan dan sikap perawat
tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial yang menjadi
responden di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Variabel
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
||
Pengetahuan Perawat
|
Sikap Perawat
|
Pencegahan Infeksi Nosokomial
|
||
Baik
|
Positif
|
Baik
|
94
|
63,5%
|
Baik
|
Positif
|
Sedang
|
12
|
8,1%
|
Baik
|
Negatif
|
Sedang
|
1
|
0,7%
|
Sedang
|
Positif
|
Baik
|
36
|
24,3%
|
Sedang
|
Positif
|
Sedang
|
4
|
2,7%
|
Sedang
|
Negatif
|
Sedang
|
1
|
0,7%
|
Total
|
148
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 4.4 didapatkan data tentang pengetahuan perawat baik dan sikap positif
terhadap pencegahan infeksi nosokomial baik berjumlah 94 responden (63,5%), pengetahuan perawat sedang dan sikap
positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial baik berjumlah 36 responden (24,3%), pengetahuan perawat baik dan sikap positif
terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 12 responden (8,1%), pengetahuan perawat sedang dan sikap positif
terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 4 responden (2,7%), pengetahuan perawat baik dan sikap negatif
terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 1 responden (0,7%), dan pengetahuan perawat sedang dan sikap
negatif terhadap pencegahan infeksi nosokomial sedang berjumlah 1 responden (0,7%).
Seorang
perawat adalah petugas kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, jadi
perawat mempunyai peran penting terhadap pencegahan infeksi yang ada di rumah
sakit. Pery dan Poter (2005), menyatakan bahwa salah satu yang harus dikuasai
perawat sehubungan dengan ketrampilan seorang perawat profesional yaitu kontrol
infeksi (pengendalian infeksi) yang berfungsi untuk melindungi diri perawat
sendiri dan pasien terhadap paparan agen-agen infeksius selama pasien
mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Setelah dilakukan analisa
multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Correlations
|
Pencegahan infeksi nosokomial
|
Pengetahuan perawat
|
Sikap perawat
|
|
Pearson
Correlation
|
Pencegahan
infeksi nosokomial
Pengetahuan
perawat
Sikap
perawat
|
1,000
-,042
,171
|
-,042
1,000
,073
|
,171
,073
1,000
|
Sig.
(1-tailed)
|
Pencegahan
infeksi nosokomial
Pengetahuan
perawat
Sikap
perawat
|
.
,308
,019
|
,308
.
,189
|
,019
,189
.
|
N
|
Pencegahan
infeksi nosokomial
Pengetahuan
perawat
Sikap
perawat
|
148
148
148
|
148
148
148
|
148
148
148
|
Data dari tabel 4.5 bahwa hasil uji statistik dengan uji regresi berganda didapatkan nilai
p = 0,308 pada pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan
infeksi nosokomial. Karena nilai p > 0,05 yang mempunyai arti Ho diterima
dan H1 ditolak berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang.
Hasil
uji yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan perawat
terhadap pencegahan infeksi nosokomial, dikarenakan disamping dari pengetahuan perawat,
proses kontrol infeksi banyak dipengaruhi juga oleh kebiasaan pasien,
lingkungan, dan keluarga. Sehingga dalam proses pencegahan infeksi, perawat
tidak dapat dijadikan satu-satunya parameter, karena pengetahuan pasien tentang
infeksi, kebiasaan pasien dan keluarga di ruangan, serta faktor lingkungan juga
sangat mempengaruhi tingkat kejadian infeksi nosokomial (Susilowati, 2009).
Sedangkan
nilai p pada sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi
nosokomial sebesar 0,019. Karena nilai p < 0,05 yang mempunyai arti bahwa Ho
ditolak dan H1 diterima berati ada hubungan antara sikap perawat tentang
kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang.
Perawat yang
memiliki sikap yang positif tentang kontrol infeksi mempunyai kecenderungan
untuk melaksanakan pencegahan infeksi
nosokomial yang baik pula (Fathoni, 2009). Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa pencegahan infeksi nosokomial yang baik lebih banyak
ditunjukkan pada perawat yang mempunyai sikap positif tentang kontrol infeksi
yaitu dengan jumlah 130 responden dari jumlah sampel 148 responden.
KESIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan
perawat mengenai kontrol infeksi dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang frekuensi terbanyak pada pengetahuan baik sebesar
72,3%.
2. Sikap
perawat mengenai kontrol infeksi dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi terbanyak pada kategori sikap
positif sebesar 98,6%.
3. Prosedur
pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh kejadian perawat di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang, frekuensi terbanyak pada kategori baik
sebesar 87,8%.
4. a. Tidak
ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan
infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, karena memiliki
nilai p = 0,308 yang berarti p > 0,05.
b. Ada hubungan antara sikap
perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang, karena memiliki nilai p = 0,019 yang berati
p < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul,
A. (2007). Riset
Keperawatan dan Teknik Penelitian Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Bady, Marwoto
Agus. (2007). Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang
IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito. Yogyakarta. http://irc-kmpk.ugm.ac.id. Diunduh 14
Juni 2012.
Dimyati,
Vien. (2011). Infeksi
Rumah Sakit Ancam Kematian Pasien. http://www.jurnas.com/halaman/9/2011-11-08/188268.
Diunduh 14 Maret 2012.
Effendi,
Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Farah, Vera B. (2009). Ancaman Infeksi
di Rumah Sakit. http://www.detikhealth.com/read/2009/11/09/101700/1237864/775.
Diunduh 08 Desember 2011.
Fathoni,
Ahmad. (2009). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Perawat Mengenai Kontrol Infeksi
dengan Standart Operating Procedur Pencegahan Kejadian Flebitis di Ruang Rawat
Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Tidak Dipublikasikan.
Habni, Yulia. (2009). Perilaku
Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU,
IGD, Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. http://www.inos.com/2009.
Diunduh 15 Januari 2012.
Joanne
C, La Rocca, Shieley e Otto. (1998). Pedoman
Praktis Terapi Intravena.EGC, Edisi 2, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
. (2005). Promosi
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep
& Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Susilowati,
Ovie. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Kontrol Infeksi terhadap
Prosedur Pencegahan Flebitis di RS Islam Sultan Agung Semarang. Tidak
Dipublikasikan.
Perry, Patricia & Pooter.
(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. (2007). Sikap
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarosa, H., Endang.
(2011). Biostatik. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Schaffer, G. (2000). Seri
Pedoman Praktis Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Scharwtz. (2000). Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjono. (2002). Metode
Statistika. Bandung: Tarsito.
Sunaryo. (2004). Psikologi
untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Suyanto,
Halimatul M., Furaida K. (2011). Buku
Panduan Penulisan dan Bimbingan Skripsi. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Swearingen. (2000). Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tietjen, L., Debora B.,
Noel M. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan dengan
Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wasis.
(2008). Pedoman Riset Praktis untuk
Profesi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yenni, S. (2003). Hubungan
Antara Lamanya Pemasangan Infus dengan Tingkat Keparahan Flebitis di Ruang
Rawat Inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Tidak dipublikasikan.
Ass, pak saya dari fkm uad jogja..
BalasHapuskebetulan penelitian sya tentg inos juga, boleh kah saya adopsi kuesioner dari bapak.. ??
mohon diblas di email saya, tsuryati873@gmail.com
terimaksaih sblumnya pak.
apakah adobsi kuisioner nya udh dkirim??kbetulan saya juga ttg inos,, boleh gk saya adopsi jg kuisionernya?? bs send email ichal.management@yahoo.co.id
HapusPak apakah saya juga bisa mengadopsi kuisionernya? mohon bisa share ke email stevina.army@gmail.com
BalasHapus