Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten (1991) adalah keseluruhan waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler dan Koyner (2000), beban kerja diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau departemen. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen.
Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber (2000) adalah pengukuran dari aktifitas kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di rumah sakit terkait dengan dua fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan keperawatan setiap klien per hari (Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber, 2000).
Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam memperkirakan beban kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui (Gillies, 1989): (1) berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun, (2) kondisi klien di unit tersebut, (3) rata-rata klien yang menginap, (4) tindakan perawatan langsung dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing klien, (5) frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan, dan (6) rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.
Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecendrungan dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personal, bahwa mereka sangat sibuk dan membutuhkan waktu lembur (Ilyas, 2000). Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya dengan penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat menurut Douglas (1975) dalam Pitoyo (2005), adalah berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Adapun perhitungan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Jumlah Klien | Klasifikasi Klien | ||||||||
Pagi | Sore | Malam | Pagi | Sore | Malam | Pagi | Sore | Malam | |
1 | 0.17 | 0.14 | 0.07 | 0.27 | 0.15 | 0.10 | 0.36 | 0.30 | 0.20 |
2 | 0.34 | 0.28 | 0.14 | 0.54 | 0.30 | 0.20 | 0.72 | 0.60 | 0.40 |
3 | 0.51 | 0.42 | 0.21 | 0.81 | 0.45 | 0.30 | 1.08 | 0.90 | 0.60 |
dst |
Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja perawat dapat diklasifikasikan, meliputi (1) klien dengan perawatan minimal, (2) klien dengan perawatan parsial, dan (3) klien dengan perawatan total.
Klien dengan tingkat ketergantungan minimal, jika (1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri; (2) makan, minum dilakukan sendiri; (3) ambulasi dengan pengawasan; (4) observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas; (5) pengobatan minimal, status psikologi stabil; dan (6) perawatan luka sederhana.
Klien dengan tingkat ketergantungan parsial, jika (1) kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu; (2) observasi vital sign tiap 4 jam; (3) ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali; (4) folley kateter, intake dan output dicatat; (5) klien terpasang infus; dan (6) perawatan luka komplek.
Klasifikasi terakhir adalah klien dengan tingkat ketergantungan total, yaitu jika (1) segalanya diberi bantuan; (2) posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam; (3) makan memakai NGT; (4) pengobatan intravena per drip; (5) pemakaian suction; (6) gelisah, disorientasi; dan (7) persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
sumber:
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Gani, I. 2000. Hubungan antara beban kerja perawat dan kepuasan pasien. http://irwandykapalawi.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar